|
Bantul, Kompas - Jumlah penderita penyakit diare di Kabupaten Bantul menunjukkan gejala peningkatan. Di salah satu dusun, Kediwung, Mangunan, Kecamatan Dlingo, dalam 10 hari terakhir ditemui 42 kasus diare. Secara keseluruhan di kabupaten tersebut jumlah penderita diare mencapai 76 kasus. Di Dusun Kediwung umumnya warga sakit secara bergantian dan memerlukan waktu dua sampai tiga hari untuk sembuh. Sebagian penderita mengalami berak-berak, muntah, atau yang paling parah demam. Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) Dinas Kesehatan Bantul Jumali, didampingi Kepala Seksi Surveilans Gandung, masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium guna mengetahui penyebab pasti diare tersebut. "Kondisi warga sudah membaik. Kami mencurigai ada dua kemungkinan yang menjadi penyebab, yakni masalah air minum dan virus, korelasi dengan makanan tidak ada masalah," tutur Jumali, Rabu (6/12). Dugaan penyebab diare berasal dari air, menurut mereka diketahui dari hasil monitoring di lapangan, warga yang sakit sebagian telah minum air dari sumur dan sumber air (belik) yang ada di dusun mereka. "Jenis-jenis virus tertentu diperkirakan juga bisa mengakibatkan diare. Hasil penelitian inilah yang sedang kami tunggu," ujar Gandung. Kepala Desa Mangunan Jiyono yang dikonfirmasi terpisah membenarkan terjadinya diare. Menurut dia, diare hanya menyerang warga di Kediwung, sedangkan dusun yang lain tidak. Kediwung merupakan dusun paling terpencil di Mangunan, yang lokasinya berada di perbukitan. Menurut Jiyono, kondisi air di Kediwung memang berbeda dengan air di dusun lain. Air sumur mengandung kapur dan warnanya sedikit aneh bila dimasak. Air ini pula yang diperkirakan menjadi penyebab beberapa warga mengalami sakit ginjal. Penanganan Untuk mengeliminasi diare, Dinas Kesehatan Bantul telah melakukan sejumlah upaya, di antaranya distribusi oralit dan mengoperasikan puskesmas keliling ke Kediwung. "Kami juga melakukan pengambilan sampel. Sampel pertama yang kami ambil adalah air, karena kecurigaan sebab diare itu ada pada air," tutur Gandung. Sejak gempa Mei lalu, kasus diare di Bantul fluktuatif. Kasus diare mencapai puncak pada akhir Juni, hingga 495 kasus dalam sepekan. Setelah itu, kasus diare berangsur turun sampai pertengahan November. Kini, tren diare kembali merangkak naik. (WER) Post Date : 07 Desember 2006 |