|
SEMARANG-Lebih dari 100 pasien menderita diare dan menjalani rawat inap di sejumlah rumah sakit di Kota Semarang. Sebagian besar anak-anak, karena perubahan cuaca dan hujan yang turun dalam beberapa hari ini. Hasil pemantauan Suara Merdeka, dari 4 rumah sakit di Kota Semarang ditemukan 131 kasus diare dalam bulan ini. Kasus itu terjadi di RS Telogorejo sebanyak 51kasus, RSUD Tugu (21) , RS Roemani Muhammadiyah (54), dan RSD Kota Semarang (5). Sementara dari rumah sakit lain, pasien diare belum terdata, sehingga angkanya belum bisa dipastikan. Seperti di RSUP Dr Kariadi, terdapat sekitar 10 pasien, demikian pula rumah sakit Pati Wilasa dan Banyumanik belum didapatkan data pasti. ''Kami baru melakukan pendataan,'' kata M Djajadi, Kepala Bagian Pemasaran RSUP Dr Kariadi, kemarin. Dari pantauan itu, meningkatnya jumlah pasien diare tidak hanya terjadi dalam minggu ini, namun sejak bulan lalu sudah mulai ada peningkatan. Humas RS Roemani Syaifullah SSos mengakui, bulan lalu jumlah pasien diare sudah mencapai puluhan dan meningkat hingga sekarang. Menurut dia, banyaknya penderita diare disebabkan perubahan cuaca yang tidak menentu. ''Banyak anak yang tidak siap dengan perubahan cuaca ini. Untuk Roemani sendiri jumlah pasien bulan terbanyak adalah pada Februari - Mei. Pada bulan itu ruangan yang ada sampai tidak mencukupi, sehingga menggunakan ruang cadangan,'' katanya. Tidak Mampu Salah satu pasien yang mengalami diare, yakni Mohamad Naja Zeditaqwa (15 bulan) warga Desa Pegandon RT 3 RW 2 Kelurahan Penanggulang Kendal. Bayi laki-laki putra pasangan Muslik (40) dan Nur Asiroh (30) ini dirawat sejak seminggu lalu. Menurut ibunya sebelumnya anaknya pernah dirawat di RSU Weleri selama 4 hari. "Tapi tidak ada perubahan apa-apa. Lalu dibawa ke rumah sakit ini,'' katanya. Awalnya Naja hanya mengalami panas dan diare. "Waktu itu langsung dibawa ke bidan dan diberi obat. Tapi panasnya tidak mau turun malah badannya kejang-kejang. Saat itu langsung dibawa ke RSU Weleri. Karena tidak menunjukkan perubahan berarti, anak tukang batu itu dibawa ke RS Roemani. Saat ini kondisinya sudah menunjukkan kemajuan.'' Panasnya sudah stabil dan tidak diare lagi, tapi dia tetap belum sadar. ''Kata dokter, anak saya terkena kuman ganas dan saat ini sudah menyerang syaraf mata,'' kata Nur sambil terisak. Nur dan suaminya tidak mengira akan mendapatkan cobaan seperti ini. Anak yang lahir setelah 12 tahun menikah itu mengalami sakit yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Belum lagi masalah biaya yang harus dikeluarkan. "Penghasilan suami saya sebesar Rp 5.000 tidak cukup untuk membayar biaya rumah sakit. Biaya perawatannya sampai saat ini sudah mencapai Rp 10 juta lebih. Saya dapat uang dari mana? Untuk beli susu buat anak saja sulit,'' tutur Nur sambil menyeka air matanya. Syaifullah juga menjelaskan kondisi Naja saat masuk sangat memprihatinkan. "Dia masuk dalam kondisi tidak sadar dan terjadi gangguan pernafasan, sehingga perlu menggunakan alat bantu. Saat ini kondisinya sudah lebih baik. Alat pernafasannya sudah dilepas,'' katanya. (lin,sjs-33) Post Date : 24 Juni 2005 |