Diare Ancam Lima Kecamatan

Sumber:Jawa Pos - 25 Agustus 2010
Kategori:Sanitasi

JEMBER - Wabah diare yang menyerang sembilan desa di kecamatan Silo bisa semakin luas jika tidak dikendalikan. Bahkan, diperkirakan ada lima kecamatan yang kena imbas dari wabah diare tersebut. Yakni, Kecamatan Mayang, Pakusari, Mumbulsari, Tempurejo, dan Kecamatan Ambulu. Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Jember dr Olong Fajri Maulana saat hearing dengan Komisi D DPRD Jember, kemarin.

Prediksi lima kecamatan rawan terserang diare karena kawasan tersebut masuk dalam aliran sungai Mayang dan Mrawan. Oleh karena itu, warga yang berada di sekitar aliran sungai Mayang dan Mrawan agar waspada dan tidak sembarangan mengonsumsi air sungai untuk kebutuhan sehari-hari.

"Untuk lima kecamatan harus waspada. Antara lain, Kecamatan Mayang, Pakusari, Mumbulsari, Tempurejo, dan Kecamatan Ambulu. Ini merupakan aliran sungai Mayang dan Mrawan. Wabah itu bisa menjangkit di daerah aliran sungai tersebut," katanya.

Olong menyatakan, wabah diare di Silo besar kemungkinan disebabkan karena Sungai Mrawan dan Sungai Mayang yang kondisinya sudah tercemar oleh penyakit. Sungai tercemar oleh Fibrio Cholera, bakteri penyebab diare.

"Kemudian ditambah dengan kondisi mata air yang menjadi sumber air. Kondisinya mulai mengecil, bahkan ada yang mati. Dari kondisi ini, maka bakteri itu akan tumbuh subur," katanya.

Kalau aliran air kecil, kondisi penyakit sangat pekat dan mudah menyerang ketahanan tubuh manusia. "Ini terjadi karena kondisi lingkungan yang rusak. Banyak hutan yang mati, sehingga debit air kecil dan mengandung bakteri penyebab diare. "Sumber sungai itu berada di Desa Sumberbaru-Silo. Lingkungannya juga rusak," terang Olong Fajri Maulana.

Dalam kesempatan tersebut, Olong mengungkapkan, selain lima kecamatan, daerah potensial kena wabah diare yakni Kecamatan Ledokombo, Sumberjambe, dan Kecamatan Puger.

"Makanya, saat ini kita sudah menerjunkan tim medis untuk meneliti keberadaan sumber air di semua sungai, khususnya di Sungai Bedadung untuk memastikan sungai itu bersih dan tidak mengandung bakteri penyebab diare," katanya.

Selain itu, upaya lain yang dilakukan adalah memeriksa keberadaan sumur warga di desa-desa, khususnya di Desa Silo. "Kini telah dilakukan pengapuran dan pemberian kaporit untuk menetralisasi dari bakteri. Sebab jika dalam musim kering seperti saat ini, perkembangbiakan bakteri sangat cepat karena konsentrasi kandungan air mineral sangat sedikit dan bakteri senang di air yang pekat," paparnya.

Berdasar data terakhir dinas kesehatan, penderita wabah diare sudah mencapai 263 kasus, dua warga Silo meninggal dunia. Ini Khusus di Kecamatan Silo yang statusnya masuk Kejadian Luar Biasa Wabah Diare. "Saat ini kasus diare sudah mulai menurun, sedangkan untuk kasus di Kecamatan Sukowono dan Bangsalsari dan daerah lainnya masih normal," katanya.

Dalam penanganan kasus diare, pihak dinas kesehatan memberikan obat anti diare dan berupa infus yang diberikan selama 2 jam kepada penderita. Pihak dinkes mendapatkan bantuan dari Pemprov Jatim berupa tempat tidur dan obat-obatan.

Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Jember Syachroni mendesak agar Dinas Kesehatan segera menyelesaikan kasus diare di Silo tersebut. Menurut dia, dinas kesehatan jangan sampai terlambat dalam melakukan penanganan. "Kalau sudah KLB, dinas baru turun. Mestinya harus ada langkah-langkah antisipasi, jangan reaksioner begitu," kata Syachroni.

H Ayong, anggota komisi D menambahkan, sejatinya bukan hanya lima Kecamatan yang rawan terkena diare. Untuk daerah Tanggul dan Sumberbaru, sudah banyak yang mulai terserang diare. "Kami sudah menerima laporan. Dan semua sudah kami buktikan. Berarti dari kondisi ini, diare benar-benar menyerang Jember.

Harusnya Sumber Air Diberi Kaporit

Pasien diare yang menyerang sembilan desa di wilayah Kecamatan Silo masih berdatangan, meski tak sebanyak hari-hari sebelumnya. Jajaran muspika, dan pihak puskesmas juga terus berupaya menekan jumlah warga yang terserang wabah diare. Setelah mengambil sampel air di sumber air, pihak puskesmas juga menaburkan kaporit di sumber air yang sering dipakai warga.

Bahkan, Kepala Puskesmas Silo 1 dr Nur Rohman langsung turun sendiri. Sementara dari Muspika Silo dipimpin langsung Kasi Trantib Pol PP Silo Penta Satria.

Menurut dr Nur Rohman, dengan pemberian kaporit, risiko terkena diare semakin kecil. Apalagi, sumber air tersebut dipakai warga di dua desa, yakni warga di Desa Sempolan dan Desa Sumberjati.

Tercatat, sehari kemarin, pihak Puskesmas Silo 1 menerima 5 pasien baru. Sehingga jumlah pasien yang dirawat di Puskesmas Silo 1 seluruhnya ada 15 pasien. Untuk Puskesmas Silo 2, ada 14 pasien yang masih menjalani perawatan.

Camat Silo Heru Eko Sunarso mengatakan, pemberian kaporit di sumber air di Biskit Dusun Sepuran, Desa Sumberjati dilakukan untuk meminimalisasi agar warga yang terkena diare terkurangi. "Kami mengimbau warga agar air minum dimasak dulu sebelum dikonsumsi," ujarnya. (jum)



Post Date : 25 Agustus 2010