|
Bandar Lampung, Kompas - Sampai Selasa (23/11), sedikitnya 16 warga Bandar Lampung dirawat di beberapa rumah sakit karena diare. Di antaranya 14 anak-anak berusia enam bulan hingga dua tahun. Serangan penyakit itu menyebabkan Aditya (1) warga Lempasing dan Anisa (1) warga Hanura, Kabupaten Lampung Selatan, meninggal dunia. Diperkirakan proses pergantian musim dan buruknya sistem sanitasi adalah penyebab munculnya serangan penyakit itu. Di Rumah Sakit Umum (RSU) Abdoel Moeloek, Bandar Lampung, tercatat 10 anak-anak dan dua orang dewasa dirawat karena penyakit tersebut. Di Rumah Sakit Advent, Bandar Lampung, juga dilaporkan seorang pasien, yaitu Zidan (7 bulan), warga Kedaton, Bandar Lampung, dirawat. Tiga pasien lainnya dirawat di Rumah Sakit Bumi Waras, Bandar Lampung. Sutopo, anggota staf RSU Abdoel Moeloek mengatakan, sebelumnya beberapa pasien diperbolehkan pulang. Umumnya mereka dirawat dua hari. Kondisi cuaca yang tidak menentu dan banyaknya saluran pembuangan air di Bandar Lampung yang mampet, diduga menjadi salah satu sebab munculnya serangan penyakit tersebut. Sementara kejadian luar biasa diare di Kota Solok dan Kabupaten Solok, Sumatera Barat, yang menewaskan enam orang, menurut hasil penelitian disebabkan kuman vibrio kolera pada air Batang (Sungai) Lembang. Batang Lembang untuk sementara diharapkan tidak digunakan untuk mandi cuci kakus (MCK), ungkap dr Abdul Rival, Kepala Dinas Kesehatan Sumbar Selasa kemarin. Di Sulawesi Selatan (Sulsel), wabah diare yang menjangkiti ribuan warga Makassar dan sejumlah daerah semakin meresahkan. Keresahan warga itu disebabkan lambannya pendataan kasus diare sehingga informasi yang diterima warga simpang siur. Lambannya pendataan penderita diare, khususnya korban yang meninggal dunia, juga diutarakan anggota Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulsel, Adil Patu. Ia mengatakan, Dinas Kesehatan Sulsel dapat lebih cepat menangani kasus penyakit tersebut jika data dan informasi lebih cepat diperoleh. (jos/nal/rei) Post Date : 24 November 2004 |