|
CILACAP, (PR).- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cilacap mendesak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah dan pusat (Kementrian Lingkungan Hidup) agar merealisasikan rencana penyudetan Sungai Citanduy. Penundaan penyudetan akan berdampak buruk terhadap sektor pertanian, sosial, dan ekonomi masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut. Di sektor pertanian, misalnya diperkirakan Pemkab Cilacap akan kehilangan 154.000 ton gabah setiap kali musim panen. Pasalnya, banjir akibat gagalnya realisasi penyudetan itu akan menjadikan lahan pertanian produktif seluas 22.000 hektare di 10 di wilayah Cilacap bagian barat berubah menjadi rawa-rawa. Desakan tersebut tertuang dalam surat yang ditujukan Gubernur Jateng tanggal 7 Desember 2004 perihal penyelamatan Laguna Segara Anakan. Surat yang ditandatangani Bupati Probo Yulastoro menyebutkan, penundaan projek penyudetan makin memperburuk kondisi kawasan Segara Anakan. Pengaruhnya sangat besar yakni diperkirakan lahan produktif seluas 22.000 ha yang tersebar di 10 kecamatan antara lain, Bantarsari, Kawunganten, Sidareja, Kadungreja, Patimuan, Cipari dan sekitarnya berubah menjadi rawa-rawa. Karena, sistem drainase di wilayah itu sangat bergantung dengan kondisi Laguna Segara Anakan. "Areal persawahan yang akan tergenang merupakan lahan produktif yang bisa menghasilkan 6 s.d. 7 ton gabah per hektarenya atau 154.000 ton yang hilang pada satu kali panen. Dengan tenggelamnya wilayah tersebut, akan mengakibatkan perekonomian masyarakat petani sekitarnya lumpuh," ujar Probo Yulastoro kepada "PR", Rabu (8/12). Padahal ekonomi masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari pertanian mencapai kurang dari 501.664 jiwa. Sebagian di antaranya bergerak di sektor jasa, pegawai negeri sipil, pedagang dan sebagainya. Surat yang ditujukan kepada gubernur juga menyebutkan, penundaan mengakibatkan tujuh sungai yang bermuara di laguna mengalami pendangkalan yang sangat kritis sehingga setiap kali meluap menyebabkan banjir. Pendangkalan serius terjadi pula di alur Plawangan, sehingga nelayan sulit melaut dan menghambat kelancaran sistem drainase di wilayah sekitar Segara Anakan. Untuk itu, Bupati Probo mendesak Pemprov Jateng dan pemerintah pusat segera merealisasikan Sudetan Sungai Citanduy. Selain itu, harus dilakukan upaya penanggulangan banjir dengan normalisasi sungai di wilayah Segara Anakan dan pengerukan alur Plawangan. "Juga, diperlukan pembangunan bendungan-bendungan kecil untuk menanggulangi kekeringan," tutur Probo. Sebelumnya Pemkab Cilacap sudah melayangkan surat ke Sekretaris Negara (Setneg) tertanggal 31 Juli 2003. Akan tetapi hingga akhir November 2004 belum ada kepastian dari pemerintah pusat. Banjir yang menggenangi 4 kecamatan serta 35 desa di Cilacap bagian barat memaksa bupati untuk mengingatkan pemerintah melalui surat tersebut. Pro dan kontra Dalam kesempatan terpisah saat berada di Purwokerto, Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto mengatakan, rencana penyudetan Sungai Citanduy terganjal oleh sikap pro dan kontra serta penolakan Menteri Lingkungan Hidup saat itu Nabiel Makarim. "Solusi terbaik untuk menanggulangi banjir di Cilacap dengan penyudetan. Upaya penyelamatan Segara Anakan sudah dikaji ulang sejumlah perguruan tinggi dan menghabiskan biaya yang sangat mahal, tetapi sepertinya tidak terjadi apa-apa," ujar gubernur. Menurutnya, tanpa intervensi teknikal, maka daratan yang selalu terancam banjir bukan hanya di Cilacap, tetapi juga di Ciamis Jabar. Pembuatan sudetan Citanduy tidak hanya menyelamatkan Segara Anakan, tetapi juga mengurangi genangan banjir yang terjadi tidak hanya di daerah hilir seperti Sidareja, Patimuan, Wanareja, Karunganten di wilayah Cilacap, tetapi juga puluhan desa di Kabupaten Ciamis. Untuk itu, Pemprov Jateng, kata gubernur, akan mendesak Menteri Lingkungan untuk segera mencabut penundaan sudetan yang sebenarnya telah mendapat persetujuan dan Pemkab Ciamis. Dengan membuat sudetan sepanjang 3 kilometer, maka muara sungai yang semula di Perairan Segara Anakan digeser ke Teluk Nusawere di Kabupaten Ciamis. Ini berdasarkan hasil studi yang menyatakan sebaran lumpur dari Citanduy nantinya akan terbuang melebar sejauh satu sampai dua kilometer, paling jauh lima kilometer dari Nusawere. Karenanya, perlu diantisipasi secara baik, ujar gubernur.(A-99) Post Date : 10 Desember 2004 |