Mata air di lereng Gunung Ciremai, Desa Paniis, Kecamatan Pasawahan, merupakan sumber air bersih terbesar di Kabupaten Kuningan. Debit mata air itu mencapai 1.800 liter per detik pada musim hujan dan 1.200 liter per detik pada musim kemarau. Melimpahnya air dari mata air itu membentuk aliran sungai yang mengalir sepanjang tahun.
Selain memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat, mata air itu juga mengairi sawah petani di 42 desa di Kecamatan Pasawahan dan sekitarnya. Berkat mata air itu Pasawahan tercatat sebagai salah satu kecamatan penghasil padi utama di Kuningan. Tiap tahun kontribusi padi kecamatan itu sekitar 5 persen terhadap total produksi padi Kabupaten Kuningan.
Selain itu, sumber air itu juga menjadi sumber utama air minum penduduk Kota Cirebon. Tiap detik, hampir sekitar 1 meter kubik atau separuh debit mata air itu dialirkan ke Kota Cirebon untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi sekitar 54.000 pelanggan PDAM di kota tersebut.
Sebagai kompensasi penggunaan air dari mata air tersebut, tahun 2009 Pemerintah Kota Cirebon diperkirakan mengeluarkan dana lebih dari Rp 2 miliar untuk Pemerintah Kabupaten Kuningan. Dana itu merupakan kompensasi terhadap air yang dialirkan ke Kota Cirebon senilai Rp 80 per meter kubik.
Tahun sebelumnya, mata air itu menjadi pemicu konflik antara Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan. Kabupaten Kuningan menuduh PDAM Kota Cirebon "mencuri" air dengan memperbesar debit aliran air melebihi ketentuan surat izin pengambilan air (SIPA). Sesuai dengan SIPA, debit yang dialirkan seharusnya 750 liter per detik untuk pipa I dan 110 liter per detik untuk pipa II. Konflik itu mengakibatkan krisis air bersih di Kota Cirebon.(ERI/LITBANG KOMPAS)
Post Date : 09 September 2009
|