|
Pontianak,- Bidang Sumber Daya Air Dinas Kimpraswil Provinsi Kalbar memperkirakan puncak banjir di Kalbar terjadi bulan Desember 2005. Perkiraan itu mengacu pada tingginya curah hujan dan pasang air laut yang selalu terjadi setiap akhir tahun. "Memang kita belum mengukur berapa tinggi curah hujan. Tetapi berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, setiap akhir tahun Kalbar selalu dihadapkan dengan musim banjir. Apalagi di akhir tahun air laut selalu mengalami pasang naik," kata Ir Bambang Subijanto, Kepala Bidang Sumber Air Dinas Kimpraswil Provinsi Kalbar, kemarin. Lebih lanjut Bambang menyebutkan, selain dihadapkan pada musim penghujan dan pasang naik air laut, banjir di Kalbar juga lebih disebabkan karena sebagian daerah di Kalbar sangat rendah. Berdasarkan catatan, kata Bambang, Kota Pontianak misalnya daratannya tidak sampai 30 cm dari permukaan air laut. Penyebab lainnya, kata Bambang, Kalbar sering dilanda banjir karena tata drainasenya tidak baik, kiriman air dari hulu, belum tersedianya tanggul banjir, sistem penyambungan saluran atau kanal yang tidak baik. Kemudian belum terciptanya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah. "Sebagian warga masih suka membuang sampah ke sungai atau parit. Sehingga begitu hujan jelas saluran itu mengalami penyumbatan. Nah akibat penyumbatan itu seringnya beberapa daerah tergenang banjir," kata dia. Belum lagi, kata Bambang, rusaknya vegetasi hutan yang tidak diimbangi reboisasi. Saat ini Kalbar tidak memiliki hutan yang bisa mengimbangi daya serap air hujan. Apalagi di kawasan pemukiman penduduk perkotaan. Rata-rata, kata Bambang, kawasan perkotaan tanahnya sudah banyak yang disemen sehingga resapan airnya menjadi berkurang. Bambang juga menyebutkan ada enam kabupaten yang sangat rawan dengan bencana banjir. Keenam kabupaten itu adalah Kota Pontianak terdapat 5 titik, Kabupaten Pontianak 5 titik, Kota Singkawang 3 titik, Kabupaten Bengkayang 1 titik, dan Kabupaten Sambas paling terbanyak, yaitu 7 titik. Tujuh titik kawasan rawan terendam air di Kabupaten paling ujung kawasan Panturan ini adalah Kecamatan Selakau, Pemangkat, Tebas, Sambas, Sekura, Sejangkung, dan Subah. Berdasarkan data Dinas Kimpraswil, kata Bambang, di Kalbar terdapat 21 titik rawan banjir. Untuk mengantisipasi bencana ini, lanjut Bambang, tahun lalu, APBN yang dibantukan untuk Kalbar dalam penanganan banjir senilai Rp 10 miliar. Namun anggaran itu masih belum bisa mengatasi permasalahan banjir. Mengingat banyaknya titik-titik rawan di Kalbar yang juga tidak sedikit memerlukan biaya dalam penanggulangan soal musibah tersebut. "Saya mengimbau agar pemerintah dan masyarakat setiap kabupaten waspada. Jangan sampai musibah tahunan itu terus menakutkan," kata dia. Pemerintah Provinsi, kata Bambang, masih terus melakukan perencanaan dalam penanganan masalah banjir ini. Harapan dia tahun ini tidak separah sebelumnya. Tahun lalu misalnya, Kabupaten Sambas hingga ketinggian air mencapai atap rumah warga. Ia menyebutkan, titik rawan di Kabupaten Sambas seperti Rantau Panjang, Samangau, Lubuk Lega, Jambu, Sungai Sebarik, Sedayu, Sabaran, Mengkawang, Kerti, Perigi Besar. Kabupaten Pontianak seperti air hitam di Kecamatan Jungkat dan Kecamatan Pinyuh di area kota, Kota Singkawang di Desa Sedau. Kota Pontianak sendiri antara lain, Purnama, Tanjung Sari, sekitar Jalan Ahmad Yani. "Kita telah mendata beberapa lokasi itu berdasarkan kejadian tahun-tahun sebelumnya. Beberapa langkah penataan sudah dilakukan, kita berharap dapat menekan jangan sampai musibah banjir terus meningkat," kata dia.(bud) Post Date : 21 November 2005 |