|
PURBALINGGA - Pemerintah Purbalingga, Jawa Tengah, berencana membangun desa mandiri energi di sekitar lokasi tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Kemandirian warga dalam bidang energi itu bukan dilakukan dengan membangun sarana instalasi listrik terbaru, namun dalam hal kebutuhan bahan bakar rumah tangga. "Warga yang tinggal di lokasi sekitar TPA memiliki potensi kemandirian kebutuhan bahan bakar rumah tangganya. Sampah bisa menghasilkan gas metana," kata Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Purbalingga, Kodadiyanto, kemarin. Dia mencontohkan kondisi itu dengan kondisi yang dilaksanakan warga di Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kodadiyanto menyatakan, dalam waktu dekat, pemerintah akan mengirim dua orang staf berkunjung ke Malang untuk mempelajari lebih mendalam bagaimana mengelola sampah di TPA itu. "Kami sudah koordinasi dengan Pemkab Malang," kata dia. Dia menyebutkan, produksi sampah di Purbalingga saat ini mencapai lebih dari 100 meter kubik per hari. Sampah itu dibuang ke TPA Desa Banjaran, Kecamatan Bojongsari, yang pengelolaannya menggunakan teknik sanitarian landfill, tapi belum dioptimalkan untuk menghasilkan gas metana. Sementara itu, untuk pengelolaan sampah di sekitar Pasar Utama Segamas, Kota Purbalingga, pemerintah kabupaten masih sekadar mengolahnya untuk produksi pupuk kompos. "Kami sebenarnya sudah punya unit pengolahan sampah organik di sekitar pasar, mampu mengonversi 97 ton sampah organik menjadi 38,8 ton pupuk berkualitas tinggi," jelas dia. Suwarto, 45 tahun, warga sekitar TPA, menyambut baik rencana itu. Selama ini, dia merasa terganggu dengan aktivitas pembuangan sampah dan bau busuk. Truk pengangkut setiap hari lalu-lalang, membawa aroma tidak sedap. Karena itu, dia berharap pembangunan instalasi pengolahan sampah juga memikirkan cara agar keluar-masuknya truk pengangkut tidak mengganggu warga. ARIS ANDRIANTO Post Date : 12 Desember 2011 |