|
Jakarta, Kompas - Desa Bukit Lawang yang diterjang banjir bandang Sungai Bohorok awal November 2003, hingga saat ini masih terancam banjir susulan. Ribuan meter kubik batang pohon dan kayu gelondongan bercampur bebatuan di hulu sungai itu sewaktu-waktu longsor terbawa arus sungai. Saat ini terdeteksi 40 titik penumpukan batang pohon di sepanjang aliran Sungai Bohorok di atas permukiman. Setiap titik rata-rata menahan 40 meter kubik kayu yang siap menerjang permukiman jika terjadi banjir di hulu, ungkap Binsar Ritonga dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara, Kamis (15/9) di Jakarta. Binsar hadir dalam diskusi penanganan bencana banjir Bohorok bersama empat warga korban banjir di Desa Bukit Lawang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Mereka adalah Daliman, Yusuf, Jannersius Lingga, dan Darnawati br Pinem. Ratusan meter kubik batang kayu yang tertahan membentuk bendungan-bendungan yang semakin mengkhawatirkan, karena saat ini sudah musim hujan. Januari lalu terjadi banjir besar di Bukit Lawang. Ancaman banjir sudah mengintai dan pemerintah belum juga membersihkan tumpukan kayu dan batuan di hulu sungai, kata Binsar. Darnawati mengemukakan, jika terjadi hujan lebat dan permukaan sungai mulai naik, masyarakat di sepanjang sungai mulai panik dan ketakutan. Setiap saat mereka merasa terancam oleh longsoran ratusan meter kubik batang kayu. Menurut Sofyan, manajer program pengelolaan bencana Walhi, ancaman longsoran batang kayu semakin serius karena perusakan hutan di hulu masih terjadi. Masyarakat pun tidak pernah dibekali kesiapsiagaan menghadapi bencana. Tidak ada sistem peringatan dini dan tidak ada akses informasi mengenai bagaimana mereka harus menyelamatkan diri bila kembali terjadi banjir bandang, tutur Sofyan. Bencana banjir bandang yang terjadi di wilayah itu pada 2 November 2003 menewaskan 253 orang dan 83 orang tidak ditemukan, merusak seluruh fasilitas wisata, rumah penduduk, dan fasilitas umum. Saat ini 429 keluarga korban bencana Bohorok kehilangan harta dan tempat tinggal. Total 347 hektare lahan pertanian dan perkebunan hingga kini belum dapat diolah secara maksimal. Tagih janji pemerintah Menurut Daliman, kedatangan mereka ke Jakarta sekaligus menagih janji pemerintah pascabencana Bohorok. Ketika itu, Jusuf Kalla sebagai Menko Kesra berjanji mengucurkan dana Rp 50 miliar untuk merehabilitasi daerah bencana Bohorok. Kenyataannya baru dicairkan Rp 25 miliar. Itu pun ibarat air dimasukkan keranjang, bocor ke mana-mana, kata Daliman. Karena itu, warga mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kejaksaan Agung agar menanggapi dugaan penyelewengan dan penyalahgunaan dana tersebut oleh Pemerintah Kabupaten Langkat. Darnawati menambahkan, rumah yang direncanakan dibangun 354 unit, hingga kini hanya terbangun 154 unit. Sarana sanitasi belum juga dibangun, dan warga pengungsi sudah banyak terserang penyakit, paparnya. (LAM) Post Date : 16 September 2005 |