|
Memasuki musim kemarau, sebagian wilayah Kecamatan Parang mulai dilanda kekeringan. Banyak sumur yang sudah tak menyisakan air. Akibatnya, untuk mendapatkan air, warga harus berjalan kaki ke sumber yang jaraknya cukup jauh. Di bawah terik sinar matahari yang menyengat, seorang pria tua terlihat berdiri di antara deretan jeriken. Tubuhnya agak membungkuk dan tangan kanannya memegangi selang. Sesekali badannya bergerak saat tangannya membetulkan posisi selang yang digenggamnya. Tak lama kemudian, Seni, warga Desa Taman Arum Kecamatan Parang tersebut menggeser jeriken yang sudah terisi air. Kemudian, pria 73 tahun itu kembali berdiri membungkuk sambil tangannya memegangi selang untuk mengisi jeriken. Kran yang mengalirkan air itu merupakan kran bersama milik warga satu RT 17 Desa Taman Arum. Peralatan yang disambungkan dari jaringan PDAM itu digunakan untuk sekitar 20 rumah tangga. Sehingga, warga harus giliran untuk mengambil air. ''Wis juk esuk tapi lagi oleh giliran (sudah sejak pagi, tapi baru dapat giliran, Red),'' katanya.Setiap harinya Seni harus antre untuk mendapatkan air bersih. Sehari ia biasa mengambil air minimal delapan jeriken untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Baik untuk memenuhi masak, mencuci maupun mandi. Namun jika antrean terlalu panjang, kadang ia terpaksa mandi di kali. Belum selesai Seni mengisi jeriken berisi sekitar 20 liter itu, datang Suyati. Ibu rumah tangga ini datang sambil menggendong jeriken warna hitam di pinggulnya. Sebenarnya, Suyati sudah sejak dua tahun lalu mendaftar jadi pelanggan baru PDAM. Ia pun telah membayar uang pendaftaran Rp 25 ribu. Hanya saja, hingga kini permintaan sambungan itu belum juga terpasang. Sehingga, ia bersama 20 rumah tangga lainnya terpaksa giliran mengambil air. ''Saya tidak tahu kenapa belum dipasang, padahal jaringan juga ada,'' keluhnya. Perjuangan yang tak kalah beratnya untuk mendapatkan air juga dialami warga Dusun Gebang, Desa Trosono, Kecamatan Parang. Untuk memperoleh air, mereka harus berjalan sekitar satu kilometer ke sumber. Seperti yang dilakoni Pituk, warga setempat. Pasalnya, sejak memasuki bulan Mei lalu, sumur warga banyak yang mati. Akibatnya, warga harus mengambil air ke sumber Gebang yang jaraknya sekitar 1,5 kilometer dari rumahnya. ''Jaringan PDAM belum masuk. Jadi, mau tidak mau ya harus ke sumber,'' kata ibu dua anak itu. Siang itu, Pituk mengambil membawa dua jeriken saat hendak ke sumber. Gurat kelelahan pun terlihat di wajahnya saat sampai di rumah usai mengambil air dari sumber. Sambil duduk di teras rumah, wanita yang sudah beruban itu menyeka keringat di wajahnya. ''Biar tidak sia-sia, sekali jalan ya membawa dua jeriken. Satu digendong yang satunya dijinjing,'' katanya. Seni, Pituk, maupun warga di beberapa wilayah Kecamatan Parang lainnya berharap pemkab bisa turun tangan mengatasi kesulitan air yang selalu mereka hadapi tiap tahun. (isd) Post Date : 25 Juni 2008 |