|
DEPOK -- Wali Kota Depok, Nur Mahmudi Ismail menargetkan kotanya bebas dari tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) pada tahun 2011. Keyakinan ini lantaran pihaknya akan menerapkan teknik baru dalam penanganan sampah melalui sistem pemilahan. "Pada akhir periode saya nanti, saya harap tidak ada lagi TPA di Depok," kata Nur usai meresmikan Rumah Sakit Graha Permata Ibu, Rabu (1/3). Nur yang dilantik pada tanggal 26 Januari lalu akan berakhir masa jabatannya pada tahun 2011. Nur beralasan, keberadaan TPA seringkali menimbulkan masalah kesehatan bagi warga sekitar. "Karena ternyata TPA membuat sakit orang lain," ujarnya. Ia lantas mencontohkan keberadaan TPA Cipayung di Kecamatan Pancoran Mas, Depok. Adapun teknik baru dimaksud yaitu dengan memperbarui teknik lama yang memisahkan sampah organik dan sampah anorganik. "Sampah organik itu nanti akan diolah menjadi kompos." Menurutnya pengolahan sampah di Depok nantinya akan dikonsentrasikan pada tiap kecamatan atau lokasi produksi sampah yang tinggi. Rencananya, setiap 500-1.000 rumah akan dibuat tempat pengolahan seluas 500-1.000 meter persegi. "Lahan itu cukup untuk mengolah sampah hingga 50 ton per hari," ujar Nur. Dia mengaku, sampai sekarang pihaknya sedang memperkenalkan program tersebut di Kecamatan Cimanggis. "Nanti akan menyusul Kecamatan Beji dan di pasar-pasar tradisional." Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup, Walim Herwandi, mengatakan, program pengolahan sampah yang dikonsentrasikan dekat dengan tempat produksi sampah memang merupakan paradigma baru yang diperkenalkan di Jawa Barat dan Banten. Menurutnya, hal itu didasari karena pola konvensional seperti yang sekarang ini dilakukan dengan memindahkan sampah dari tempat produksi ke tempat yang jauh, sering menimbulkan masalah. Dia mengaku, Pemkot Depok bersama dengan pemerintah daerah di Bogor, Tangerang, dan Bekasi, sudah mengikuti lokakarya di Bandung terkait pendalaman konsep pengelolaan sampah lokal ini. "Lokakarya itu difasilitasi Bank Dunia," katanya. Dalam paradigma baru pengelolaan sampah ini, tambah Walim, konsepnya berpijak pada prinsip 3 R, yaitu reduce (mengurangi barang-barang yang memproduksi sampah), reuse (penggunaan kembali sampah yang bisa dimanfaatkan), dan recycling (pengolahan sampah menjadi kompos). Terkait target wali kota yang berharap pada tahun 2011 Depok bebas TPAS, Walim menilai, ekspektasi itu terlalu optimistis. "Untuk mewujudkan itu saya pikir terlalu optimistis, karena banyak hal yang mesti dilakukan, ini tidak mudah," ujarnya. Di antara masalah-masalah yang ia maksudkan yaitu mempersiapkan infrastruktur dan mengubah perilaku masyarakat tentang budaya pemilahan sampah dari rumah tangga masing-masing. "Dari segi infrastrukturnya saja ini membutuhkan dana yang besar, belum lagi membentuk budaya masyarakat kita yang terkenal susah diubah," tutur Walim. Namun dia menegaskan, pihaknya akan bekerja sungguh-sungguh dan serius untuk mewujudkan Depok bebas TPAS ini. "Buktinya kita sudah mulai di beberapa lokasi." Bahkan, tambah dia, pada APBD 2006 ini dinas sudah menganggarkan ratusan juta rupiah untuk mengadakan infrastruktur yang diperlukan. "Ada beberapa titik yang sudah kita tentukan untuk pendirian infrastruktur ini." Walim mengatakan, sebaik apa pun program dan konsep pengolaan sampah yang disusun, tidak akan berhasil bila tidak dibarengi tekad bersama dari masyarakatnya.(c42 ) Post Date : 02 Maret 2006 |