SAMPAH menumpuk di ber bagai tempat di Kota Depok. Mulai dari badan jalan hingga pinggir sungai, sampah tampak menggunung. Bahkan di beberapa tempat berserakan karena tumpukan sampah itu tak cepat diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok sudah gontaganti, tapi masalah sampah tidak juga bisa diatasi. Masyarakat setempat sudah tidak nyaman dan mengkhawatirkan sampah yang menimbulkan bau busuk itu menjadi sumber penyakit.
Penumpukan sampah terjadi di RW 03, RW 05, dan sepanjang Sungai Cipinang, Kelurahan Sukmaju Baru, Kecamatan Cimanggis. Bahkan di depan Mal Ramayana, Jalan Raya Jakarta-Bogor, terlihat tumpukan sampah.
Di RW 03, RW 05, dan sepanjang Sungai Cipinang, tampak deretan tumpukan sampah sepanjang 20 meter masing-masing. Tumpukan sampah itu menimbulkan bau busuk.
Tumpukan sampah juga terlihat di sekitar Pasar Cisalak, tepatnya di areal bekas gedung SD Negeri Cisalak Pasar I, dan III serta SD Negeri Curug I. Sampah di sana menumpuk di lima ruang bekas kelas yang berada di atas tanah seluas 3.000 meter persegi. Sampah yang dikerumuni lalat dan ulat menimbulkan bau busuk. Dari ruang-ruang kelas itu, mengalir limbah cair menghitam.
Ramelan, 42, warga Kelurahan Sukamaju baru RT 003 RW 05, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, mengatakan penimbunan sampah telah terjadi sejak Januari 2010. "Kami sudah mengusulkan agar dibangun unit pengelolaan sampah, tapi sampai saat ini usulan warga tidak pernah direspons," ujar Ramelan kepada Media Indonesia di Kota Depok, Jawa Barat, kemarin.
Persoalan sampah di Kota Depok bahkan telah mengganggu arus lalu lintas. Di unit pengolahan sampah (UPS) yang berada di Kelurahan Abadi Jaya, Sukma Jaya, Jalan Merdeka, Kota Depok, sampah yang berserakan hingga ke badan jalan terutama setiap Senin mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Bahkan banyaknya sampah yang berserakan di badan jalan mengakibatkan kendaraan tak bisa lewat.
Keluhan masalah sampah juga disampaikan anggota Komisi C DPRD Kota Depok Nurhasim (F-Partai Gol kar). Dia kecewa terhadap Pemerintah Kota Depok yang tak mampu mengelola sampah, padahal anggaran untuk pengelolaan sampah sudah dinaikkan setiap tahun. "Sampah-sampah kok tak diangkut. Padahal, DPRD Kota Depok tiap tahun menyetujui penaik an anggaran untuk pengelolaan sampah. Tadinya, anggaran pengelolaan sampah Rp49,91 miliar pada 2008, dinaikkan menjadi Rp51,30 miliar pada 2009. Kemudian pada 2010 dinaikkan lagi menjadi Rp52,78 miliar," ujarnya dengan nada kesal di Kota Depok, kemarin.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok Ulis Sumardi mengakui masalah pengelolaan sampah di Kota Depok belum dapat diatasi. Masalah sampah, ujar Ulis, semata-mata karena sebagian besar pengangkut sampah libur pada Sabtu dan Minggu. Ulis hanya bisa berjanji akan segera membersihkan tumpukan-tumpukan sampah di beberapa tempat di Depok. "Kami akan segera mengangkutnya (sampah-sampah) ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Cipayung, Pancoran Mas, dengan menggunakan truk," kata Ulis.
Mengenai sampah di Pasar Cisalak, Pasar Agung, Pasar Kemiri Muka, Pasar Tugu, dan Pasar Sukatani, Ulis berjanji akan berkoordinasi dengan Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Pasar Kota Depok Herman Hidayat. "Kewenangannya (penuntasan masalah itu) berada di tangan Dinas Koperasi UMKM dan Pasar," kilahnya.
Wali Kota Depok Nur Mahmudi mencopot Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok Sri Utomo. Posisi itu kemudian dijabat sementara oleh Ulis. Walau pejabat yang menangani sampah diganti, kota yang berpenduduk sekitar 1.386.000 jiwa ini belum mampu mengatasi masalah sampah. Kisar Rajagukguk
Post Date : 12 Agustus 2010
|