DINAS Kebersihan Pertamanan Kota Depok memastikan membangun 15 unit pengolahan sampah (UPS) bernilai Rp7,5 miliar di 11 kecamatan untuk menyiasati lahan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang kritis. Satu di antaranya dibangun di lingkungan Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok.
Kepala Dinas Kebersihan Pertamanan Kota Depok Ulis Sumardi menyatakan dalam pembangunan UPS tersebut, pihaknya memberdayakan masyarakat.
"Kami menerima masukan dari masyarakat, pakar, akademisi, lembaga swadaya masyarakat, agar melibatkan masyarakat," paparnya, kemarin.
Melibatkan masyarakat dalam masalah penanganan UPS, menurut dia, bertujuan meningkatkan indeks sumber daya manusia, ekonomi masyarakat, dan meminimalkan jumlah pengangguran di 11 kecamatan.
Saat ini angka pengangguran di Kota Depok mencapai sekitar 100 ribu jiwa. Pagu pembangunan setiap hanggar sampah sebesar Rp500 juta-Rp600 juta. Angka tersebut belum termasuk pengadaan mesin pencacah sampah dan gardu listrik. Khusus UPS di UI Depok, pihak kampus sendiri menyediakan lahan dan fasilitas pendukung.
Menurut Ulis, sampah di lingkungan Kampus Ul cukup banyak. Karena itu, pihak UI yang meminta Dinas Kebersihan Pertamanan Kota Depok membuatkan UPS khusus di lingkungan kampus.
Saat ini TPA Cipayung dalam keadaan kritis. Setiap hari sebanyak 350-400 ton sampah dari 63 kelurahan dibuang ke TPA Cipayung. TPA Cipayung beroperasi sejak 1984 dan diperkirakan penuh pada 2012.
Karena belum ada lahan pengganti, Dinas Kebersihan Pertamanan membangun UPS. Dua tahun lalu, sebanyak 18 UPS dibangun. Namun, itu tetap saja tidak membantu luapan sampah ke TPA Cipayung.
Anggota Komisi A DPRD Kota Depok Rahmin Siahaan meminta Dinas Kebersihan Pertamanan Kota Depok mengevaluasi pembangunan UPS.
Pembangunan UPS selama ini dinilai tidak sesuai dengan program pemerintah setempat untuk mengurangi beban TPA Cipayung. (KG/J-1)
Post Date : 26 April 2011
|