|
SANUR - Problem sampah tampaknya masih menjadi momok yang susah dicarikan solusi. Upaya menjaga kebersihan lingkungan terus dicarikan solusinya. Persoalan limbah cair tengah diatasi melalui proyek DSDP (sarana limbah cair Denpasar). Bagaimana dengan limbah padat dan sampah rumah-tangga? Jawabannya ada di Desa Sanur Kauh. Kemarin mereka me-launching depo pengelolaan limbah padat rumah tangga (household waste management ). "Dengan depo ini mudah-mudahan mampu mengendalikan dan menjaga kelestarian lingkungan,"kata Wakil Walikota Denpasar IB Rai Mantra di sela-sela peresmian, kemarin. Depo ini mempekerjakan 12 orang, mayoritas pensiunan pekerja hotel dan restoran. Pengelolaannya dilakukan kelompok Desa Sadar Lingkungan. Mereka bekerja dengan bantuan dua unit truk. Gedung depo, untuk sementara menempati lahan 6 are di atas tanah milik Made Dana yang untuk setahun ke depan ditempati secara cuma-cuma. Setelah satu tahun, baru dilakukan kerjasama baru. Yang jelas, biaya depo menelan dana Rp 128,7 juta. Pemkot membantu Rp 60 juta, sisanya ditanggung renteng swadaya masyarakat dan donatur. "Pada dasarnya depo ini tak bersifat komersial, tapi dapat membantu beban pemerintah mengelola sampah. Diperkirakan sehari bisa menampung tiga ton sampah," kata Kepala Desa Sanur Kauh Made Dana. Data dari Humas Pemkot, dalam sehari Denpasar menghasilkan 1900 meter kubik sampah. Sampah itu diangkut dengan 40 unit truk. Sementara, Penyarikan Desa Pekraman Interan, Sanur Kauh, Gusti Nyoman Winda mengatakan, dalam jangka panjang diupayakan pengembangan. "Bahkan, mungkin bisa menampung sampah lain dari luar masyarakat Sanur," tuturnya. Dia juga ngaku, sebelum depo beroperasi, sudah melakukan sosialisasi dengan warga sekitar. Yakni menjelaskan bagaimana mengelola dan memilah sampah organik dan an-organik. Pengelolaan limbah padat adalah memperlakukan sampah mulai pengangkutan dan pengumpulan (collecting), penguraian sampah (reduse), penggunaan sampah (reuse), dan daur ulang berbasis kemasyarakatan. Yakni sejak di rumah tangga, sampah dipilah organik dan non-organik. Kemudian kedua jenis sampah itu dihancurkan dengan proses biologi dekomposisi. Hasilnya sampah itu jadi kompos kemudian kemudian dijual. (djo) Post Date : 07 Februari 2006 |