|
DENPASAR-Krisis air bersih dialami oleh kota Denpasar khusunya Kerobokan dan Kuta. Kesulitan air bersih ini karena pembagian air oleh dinas PU masih kurang optimal. Arus air dari sungai di Denpasar terbagi oleh sistem subak yang telah ada di Denpasar sejak dahulu. Sisa air subak ini tidak ditampung maksimal oleh pihak Dinas Pekerjaan Umum (PU) provinsi Bali . Sisa air sungai yang merupakan debit utama air bersih, terbuang percuma ke laut. "Pembagiannya sulit. jadi Denpasar susah untuk memanfaatkan sarana air bersih," ujar Sekretaris Dinas PU Prov Bali, Made Sudiara di kantornya kemarin (3/12). Di samping itu PU juga banyak menemukan berbagai sarana penyalur air bersih milik PDAM yang rusak di beberapa titik. Kerusakan ini mengakibatkan kebocoran air. Akibatnya air menjadi terbuang percuma. Pada hari PU ke-63 yang jatuh pada hari ini, pihak PU berjanji akan menyelesaikan proyek Sarbagitaku pada tahun 2025. Waktu yang cukup panjang ini telah digunakan untuk membuat beberapa waduk di 4 titik di kota Denpasar. Waduk terbesar yang akan digarap bertepat di sungai Ayung Penatih. Waduk yang baru diusulkan dalam bentuk proposal tersebut rencananya setinggi 70 meter dan mendapat kucuran dana sebesar 500 M. Waduk raksasa tersebut selain untuk keperluan air besih, juga untuk sistem perairan subak di wilayah Penatih guna menunjang pertumbuhan pariwisata. Intinya pihak PU akan melakukan water balence terhadap kendala air yang terjadi di Kota Denpasar. Langkah itu ditempuh untuk mengantisipasi antara kebutuhan dan ketersediaan air. Saat ini PU melihat kondisi perkotaan tidak seimbang dalam urusan air. "kekeringan saat kemarau lalu banjir saat musim hujan. Ini kan tidak seimbang," ujar Sudiara. Untuk itulah, waduk yang akan dibuat ini akan menjadi penyeimbang atau water balance tersebut. Saat musim penghujan waduk akan menampung air dan mendistribusikan air saat krisis air. Walau pembagian air dengan subak untuk irigasi dan air minum, menurut peraturan yang berlaku, pemerintah harus mengedepankan air minum untuk konsumsi publik. Namun guna menjaga tradisi subak yang telah berjalan terlebih dahulu dari peraturan yang ada. PU akan menampung air sisa subak pada daerah muara dekat pantai, dinamakan waduk Muara. Tujuannya agar tidak menjadi konflik eksternal di kalangan adat. Dalam proyek besar bantuan dana dari Jepang ini tidak akan menyiak-nyiakan air sisa subak sebesar 700 liter per detik di setiap sungai di Bali. Dinas Pekerjaan Umum akan mengoptimalkan aliran sungai dengan menggunakan 4 sistem penampungan air. Pertama sistem barat, mengandalkan sungai di daerah hilir yakni tukad Pelet. Kedua sistem tengah, memanfaatkan waduk Ayung. Ketiga, sistem timur yang memanfaatkan tukad Petanu. Keempat, akan mendapatkannya dari waduk-waduk luar daerah yang mencakup daerah Sarbagitaku. (dra) Post Date : 04 Desember 2008 |