|
PAGARALAM(SINDO) – Kemarau panjang yang berlangsung hampir satu bulan, membuat wilayah Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagaralam dilanda kekeringan. Kondisi ini membuat ratusan hektare sawah di kecamatan tersebut, terutama di Kelurahan Lubuk Buntak dan Atung Bungsu terancam gagal panen. Apalagi,daerah tersebut berupa dataran tinggi dan berbukit, sehingga paling sering mengalami kekurangan air. Bahkan, sejak terjadinya kemarau panjang seperti sekarang ini,warga yang tinggal di Dusun Atung Bungsu terpaksa mencari sumber air seperti dari Sungai Indikat dan Sungai Besemah. Pantauan SINDO, setiap sore warga di sana mengendarai sepeda motor, mobil, dan berjalan kaki, hingga puluhan kilometer guna mencari sumber air atau mengambil air di Sungai Lematang dan Sungai Besemah untuk keperluan sehari-hari. Untuk kebutuhan memasak, warga terpaksa mengangkut air menggunakan drum ukuran kecil dan jeriken ukuran 10 liter dan 20 liter. Dengan kondisi seperti ini, tidak sedikit warga yang tidak memiliki kendaraan terpaksa mengangkut air dengan cara memikul dan mendorong menggunakan lori,meskipun harus mendaki bukit dan menuruni jurang yang terjal. Iwan, 46, warga Lubuk Buntak,mengatakan,sekarang masyarakat Lubuk Buntak dan sekitarnya hanya bergantung dengan tebat atau kolam ikan untuk kebutuhan sehari hari. Namun, jika untuk mengairi sawah, air sukar didapat akibat banyak sungai yang mulai kering. “Sawah-sawah yang mengandalkan irigasi sudah banyak yang mengalami kekeringan. Apalagi posisi sawah berada di wilayah yang datarannya tinggi. Lebih kasihan lagi, petani yangtelahmenanampadi.Akibat kekurangan air, jelas tanamannya mati,”katanya. Dia menjelaskan, di daerah ini sudah sekitar satu bulan lebih tidak hujan.Sementara, sebagian masyarakat dan petani setempat mengandal air hujan untuk mengairi sawah dan kebutuhan seharihari. Meskipun ada irigasi, sumber air yang berasal dari sungai di sekitar Kelurahan Lubuk Buntak juga mengalami kekeringan sehingga tidak bisa mengaliri sawah lagi.Sementara, kolam penampungan air yang menjadi andalan warga daerah ini hanya bisa digunakan untuk mandi, cuci, dan memasak. “Kita berharap agar pemerintah dapat mencarikan solusinya dengan membangun irigasi yang lebih besar lagi, sehingga saat menghadapi musim kemarau tidak kering sama sekali. Kami di Lubuk Buntak masih mendingan, ada tebat atau kolam ikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kalau daerah Atung Bungsu,masyarakatnya harus turun ke Sungai Lematang mengambil air,”tandasnya. Senada diungkapkan Dwiyana, 24, warga Desa Mingkik, Kelurahan Atung Bungsu. Selam ini,daerah berbukit di sepanjang jalan provinsi, mulai dari Lubuk Buntak hingga Mingkik, merupakan daerah yang sulit air dan mudah sekali dilanda kekeringan. Pasalnya,daerah tersebut terletak di dataran tinggi Sungai Selangis dan Sungai Besemah. Kalaupun ada air, sumbernya berasal dari mata air dalam kolam yang terbentuk secara alami. Tetapi tidak semua daerah memiliki kolam yang ada mata airnya,kecuali Lubuk Buntak. “Jadinya,warga di sini terpaksa mengambil air dari sungai atau numpangdi dusun tetangga yang memiliki kolam alamisepertidiLubukBuntak. Tetapi ini air yang diambil hanyacukupuntukkebutuhan sehari-hari,sedangkan untuk sawah tidak mungkin kami dapatkan,”ujar Dwiyana. Camat Pagaralam Selatan Imam Pasli membenarkan wilayah Kecamatan Dempo Selatan mulai dilanda kekeringan akibat kemarau yang sudah terjadi sekitar satu bulan. “Sudah satu bulan ini tidak turun hujan di daerah Dempo Selatan, sehingga banyak sawah dan kolam milik warga yang kekurangan air,bahkan ada yang kering. Namun, daerah yang terparah yakni di dua kelurahan,yaitu Kelurahan Atung Bungsu dan Kelurahan Lubuk Buntak,”bebernya. Dia menambahkan, sebagai alternatif dalam menghadapi kemarau panjang ini, warga di beberapa daerah, seperti Desa Mingkik, Bandar, dan beberapa daerah lain, terpaksa harus mengambil air dari Sungai Lematang dan Sungai Besemah yang jaraknya puluhan kilometer.Itu pun untuk kebutuhan minum dan mandi. (yayan darwansah) Post Date : 07 Juli 2008 |