|
Jakarta, Kompas - Banjir akibat gelombang pasang di beberapa kawasan Jakarta Utara terus berulang. Air mulai menggenang pada pagi hari dan surut pada sore hari. Untuk membuang air yang tidak dapat mengalir dan menggenang, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta mengirimkan delapan pompa air ke kawasan itu. Pada Minggu (9/12) sekitar pukul 07.00, permukaan air di kawasan Muara Baru mulai naik hingga lutut orang dewasa. Naiknya kembali ketinggian air itu mengagetkan warga karena pada sore sebelumnya, genangan air akibat gelombang pasang sempat surut dan warga sudah membersihkan rumah mereka. Berdasarkan data Traffic Management Centre Polda Metro Jaya, banjir di Muara Baru menggenangi RW 17 di RT 5, 15, 16, 17, 18, dan 19. Permukaan air terus naik sampai batas pinggang orang dewasa atau sekitar 80 sentimeter hingga 1 meter sehingga mobil dan sepeda motor tidak dapat memasuki kawasan tersebut. Beberapa petugas satuan polisi pamong praja menawarkan evakuasi kepada warga di lokasi banjir dengan menggunakan perahu- perahu karet, tetapi tidak berhasil. Banyak warga yang menolak dievakuasi karena tinggi permukaan air masih di bawah banjir pada November lalu. "Banjir memang selalu berulang pada pagi hari dan surut sore hari. Namun, lebih baik kami tinggal di rumah daripada di pengungsian yang fasilitasnya serba minim," kata Hartono, warga Muara Baru. Untuk membantu mempercepat surutnya air di Muara Baru dan Pluit, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta mengirimkan delapan pompa air bergerak ke Muara Baru dan Pluit. Kedelapan pompa air bergerak itu akan mulai beroperasi untuk membuang air pada sore sampai malam hari saat permukaan air laut mengalami pasang surut. "Pompa air tidak dimaksudkan untuk melawan terjangan air dari gelombang pasang. Pompa air hanya membantu mengeringkan genangan air yang terjebak di kawasan-kawasan yang tingginya di bawah permukaan air laut," kata Wishnu Subagyo Yusuf, Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta. Pengerahan pompa air juga pernah dilakukan untuk mengeringkan jalan tol ke arah bandara yang terendam banjir pada November lalu. Jalan tol bandara sempat terputus selama satu hari akibat genangan banjir itu. Menurut dia, selain mengerahkan pompa bergerak, dinas pekerjaan umum juga sedang memperbaiki tanggul dengan karung pasir dan material lainnya. Upaya itu dilakukan untuk menahan tingginya gelombang pasang. "Gelombang pasang pada Sabtu dan Minggu ini mencapai ketinggian 193 sentimeter. Tanggul dari Pluit sampai Muara Baru yang tingginya 160-170 sentimeter tidak dapat menahan gelombang pasang itu," kata Wishnu. Gelombang pasang yang lebih tinggi diperkirakan bakal terjadi pada 22-25 Desember. Pada kurun waktu itu, tinggi gelombang pasang dapat mencapai 220 sentimeter dan luas wilayah yang tergenang banjir hampir sama dengan banjir November lalu. Sementara itu, peninggian tanggul secara permanen akan dilakukan pada 2008. Dana yang disediakan APBD DKI Jakarta 2008 untuk peninggian tanggul mencapai Rp 45 miliar. Anggaran Rp 30 miliar, kata Wishnu, digunakan untuk pembangunan tanggul di kawasan Pluit. Sisanya, Rp 15 miliar, untuk meninggikan tanggul di kawasan Muara Baru dan Penjaringan. Antisipasi banjir juga sudah dibicarakan dengan departemen- departemen teknis dan BUMN, seperti Pelindo, Dirjen Perikanan Tangkap, dan Kantor Pelabuhan Ikan Muara Karang. Pemerintah Pusat juga akan melakukan antisipasi gelombang pasang dengan pembangunan tanggul dan sistem pompa air. (ECA) Post Date : 10 Desember 2007 |