LUAPAN Sungai Bengawan Solo di wilayah Kabupaten Tu ban, Jawa Timur, masih mengepung areal pertanian di delapan desa, kemarin. Akibatnya, ratusan hektare tanaman padi di Kecamatan Rengel puso karena terendam banjir.
Kedelapan desa itu adalah Desa Maibit, Sawahan, Ngadirejo, Kanorrejo, Tambakrejo, Ka rangtinoto, Bulurejo, dan De sa Rengel. “Dalam lima bulan terakhir, Bengawan Solo sudah lima kali meluap. Sawah saya sudah lima kali gagal panen,” kata Sutiyo, 34, petani Desa Bulurejo, kemarin.
Banjir kelima sudah terjadi selama satu bulan terakhir. Dinas Pertanian Tuban mencatat ada 111 hektare sawah di wilayah itu yang kebanjiran dan mengalami puso.
Sutiyo dan sejumlah petani lain mengaku sudah kehabisan modal untuk masa tanam berikutnya. “Sampai saat ini dinas pertanian belum datang dan mendata sawah yang puso.
Padahal, kami sangat berharap pencairan dana yang dijanjikan Menteri Pertanian untuk sawah yang gagal panen.” Tetangga Tuban, Kabupaten Bojonegoro, juga mencatat ke rugian yang tidak kecil akibat banjir. Dalam satu bulan terakhir, kerugian mencapai Rp3,6 miliar, sawah puso, jalan rusak, rumah tergenang, dan tanggul jebol. “Pendataan belum selesai.
Kami perkirakan kerugian bisa lebih besar dari jumlah itu,” kata Kepala Seksi Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi Pemkab Bojonegoro Sutardjo.
Dalam satu bulan terakhir, sudah dua kali Bengawan Solo meluap. Banjir menggenangi dua desa dan menenggelamkan 169 rumah serta belasan hektare sawah.
Dari Cilacap, Jawa Tengah, dilaporkan, ratusan warga Desa Tarisi, Kecamatan Wana reja, kesulitan air bersih. Sejumlah sumur warga mulai berbau akibat banjir yang menggenangi wilayah itu sejak lima hari lalu. Selain itu, warga juga mulai diserang penyakit gatal-gatal.
“Banjir mulai surut. Tapi, masih ada sekitar 200 rumah yang masih tergenang dengan ketinggian sekitar 50 cm,” ujar Kepala Desa Tarisi, Tohirman. Saat ini warga masih menggunakan air sumur yang kotor untuk kebutuhan mencuci. (YK/LD/N-2)
Post Date : 20 Mei 2011
|