Debit Mengecil, Jatah Air Dikurangi

Sumber:Indopos - 31 Juli 2007
Kategori:Air Minum
SEMARANG - Air saat ini tampaknya menjadi barang mahal bagi warga Jalan Jatisari RT 5 RW V, Kelurahan Pongangan, Gunungpati. Pasalnya, sumber air yang terletak di kampung mereka mengalami penurunan debitnya. Sehingga dalam 2 bulan terakhir ini, jumlah air yang diterima setiap Kepala Keluarga (KK) terpaksa dibatasi. Diduga berkurangnya debit air ini akibat musim kemarau yang mulai tiba.

Menurut Rusdiana, ketua RT setempat, sebelumnya, warga bebas mengambil air dari sumber yang telah dialirkan dalam tandon. "Tapi sekarang terpaksa dibatasi 3 pikul atau 6 jerigen untuk satu KK," tuturnya, kemarin.

Jumlah air dalam 6 jerigen ukuran sekitar 20 liter tersebut, tambahnya, cukup untuk cadangan selama 4 hari. Dengan catatan, hanya dipergunakan untuk keperluan masak dan minum.

Sedangkan keperluan lainnya seperti mandi, cuci dan lainnya, 34 KK di wilayah ini terpaksa melakukannya di sungai Lanang yang harus ditempuh sejauh 1 km. Air di sungai ini relatif keruh sehingga tidak bisa digunakan untuk keperluan dapur. "Kalau untuk mandi, ya harus di sungai," tambah Rusdiana.

Pasokan air dari sumber yang minim itu, harus dibagi rata kepada seluruh warga. Karena itu mereka harus antre dari pagi sampai tengah malam. Karena kecilnya debit air, maka tandon yang ada tidak bisa penuh dan warga memilih menyalurkan langsung dari pipa ke jerigen yang dibawa.

Saat musim penghujan, untuk mengisi 1 jerigen penuh dibutuhkan waktu 5 menit, sedangkan saat ini harus menunggu sampai 15 menit.

Kesulitan mendapatkan air bersih ini selalu dialami warga setiap musim kemarau datang. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi hal ini, namun belum ada yang membuahkan hasil. Termasuk dengan mencoba membuat sumur artesis yang tak juga mengeluarkan air meski telah dibor sedalam 200 meter.

Setahun lalu, warga mencoba mengajukan proposal bantuan kepada Pemkot untuk membangun instalasi air dari sebuah sumber di hutan Pongangan ke kampung mereka. Anggaran yang dibutuhkan saat itu mencapai Rp 12 juta. Namun, sampai sekarang keinginan warga belum mendapatkan respon positif. (ton/dit)



Post Date : 31 Juli 2007