|
INDRAMAYU (Media): Sekitar 42.000 hektare (ha) tanaman padi di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Jabar), terancam kekeringan akibat kekurangan pasokan air setelah debit air sungai dan embung terus berkurang. Tanaman padi yang terancam kekeringan itu berumur antara satu hingga dua bulan dan berada di 28 kecamatan, di antaranya Kecamatan Haurgeulis, Gantar, Trisi, Kroya, Sukagumiwang, Kerangkeng, Juntinyuat, Karangampel, dan Kecamatan Gabuswetan. Kondisi terparah berada di 11 kecamatan yang terletak di Indramayu bagian barat. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu Kusmono Tamkani, kemarin, mengatakan, lahan yang terancam kekeringan bisa meluas karena lahan tadah hujan lebih riskan lagi jika dibandingkan dengan lahan yang mendapat pasokan air dari irigasi teknis. ''Kami sedang melakukan pendataan lebih detail, terutama di kawasan yang setiap tahunnya rawan terhadap ancaman kekeringan,'' kata Kusmono. Petani yang mulai kesulitan air, antara lain di Desa Kedokan Bunder, Kecamatan Gabuswetan. Selain lokasinya jauh dari irigasi teknis, di desa itu sejak dua bulan lalu jarang hujan. Padahal, tanaman padi para petani kini baru berumur dua bulan dan memerlukan banyak air. ''Suplai air sulit. Kami tidak tahu harus mencari sumber air di mana,'' kata Sumanta, 50, salah seorang petani di Desa Kedokan Bunder. Keluhan yang sama juga dirasakan para petani di empat kecamatan lainnya, yakni Kecamatan Haurgeulis, Gantar, Trisi, dan Kecamatan Kroya. Lahan di wilayah tersebut seluruhnya merupakan sawah tadah hujan. Meski ada Danau Cipancuh yang diandalkan untuk pengairan, debit airnya kini menyusut akibat jarang hujan. Sedangkan petani di Kecamatan Sukagumiwang, yang juga kesulitan air, harus menyewa pompa air guna mengairi tanaman padi mereka. Lahan tanaman padi di kawasan Indramayu bagian timur, juga terancam kekeringan. Wilayah itu, di antaranya Kecamatan Kerangkeng, Juntinyuat, dan Kecamatan Karangampel. Sejumlah sungai yang diandalkan untuk pengairan sawah kini mulai kering. Kekeringan juga mengancam ribuan hektare lahan tanaman padi di lima kecamatan di Kabupaten Cirebon, yaitu Kapetakan, Gegesik, Arjawinangun, Plumbon, dan Kecamatan Kaliwedi. Padahal umur tanaman padi di wilayah itu baru sekitar satu bulan. Sementara itu, anggota Komisi B DPRD Karawang, Janbar, mendesak pemerintah kabupaten (pemkab) setempat segera mengantisipasi kekeringan yang mengancam sekitar 4.000 ha lahan tanaman padi di Kecamatan Pakisjaya. ''Ini ancaman serius bagi petani dan sudah terjadi pada tahun-tahun lalu. Akibat kekeringan, tanaman padi puso. Untuk menyambung hidup karena sudah tidak ada penghasilan, para petani merantau ke perkotaan hanya untuk jadi pemulung. Pengalaman pahit para petani jangan sampai terjadi lagi,'' kata Iwan. Karena itu, dia minta Pemkab Karawang segera mengambil langkah alternatif untuk pengadaan air bagi para petani di wilayah tersebut. Dari Klaten, Jawa Tengah, dilaporkan, sejumlah sungai di wilayah kabupaten itu kini mulai kering akibat kemarau. Dari 86 sungai yang ada, hanya beberapa yang masih memiliki air. Jika tidak ada hujan, sungai-sungai tersebut bakal kering kerontang. Kondisi sungai di Klaten sangat bergantung musim. Pada musim penghujan, air melimpah dan cepat kering. Sedangkan saat kemarau sungai mengering. Diduga penyebabnya karena daerah tangkapan air di bagian hulu rusak. ''Itulah dampak kerusakan daerah resapan air. Kalau banjir, air cepat kering, dan saat kemarau sungai jadi lapangan,'' kata Kepala Sub Dinas Pengairan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Klaten, Joko Wiryanko, kemarin. (SR/FS/JS/N-1) Post Date : 27 Mei 2005 |