|
Banjar, Kompas - Debit air Sungai Citandui yang merupakan sumber irigasi utama bagi ribuan hektar sawah di Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar saat ini sudah turun drastis. Diperkirakan, pada awal Juni mendatang, Sungai Citandui sepenuhnya sudah kering. Menurut pemimpin Proyek Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Air (PPSA) Citandui, Ciwulan, Agus Rahardjo, saat ini debit air Sungai Citandui hanya tinggal sekitar 50 meter kubik per detik. Jauh di bawah debit air rata-rata pada musim hujan yang mencapai 200 meter kubik per detik atau debit air pada akhir April 2004 yang masih berkisar pada 150 meter kubik per detik. "Jika memerhatikan gejala alam yang ada serta prakiraan Badan Meteorologi dan Geofisika bahwa hujan di wilayah Priangan Timur akan berakhir pada Mei ini, pada Juni mendatang debit air Sungai Citandui sudah akan nol. Air baru akan mulai muncul kembali nanti sekitar Oktober ketika hujan mulai turun," papar Agus, Jumat (7/5). Ia mengakui, turunnya debit air Sungai Citandui ini otomatis membuat ribuan hektar tanaman padi berumur antara satu minggu hingga satu bulan yang ada di sepanjang daerah aliran Sungai Citandui sekarang mulai terancam kekeringan. Pasalnya, tanaman padi saat ini sudah tidak lagi mendapat cukup pasokan air yang cukup dari Sungai Citandui. Selama ini, air dari Sungai Citandui digunakan untuk mengairi sedikitnya 10.000 hektar sawah di Kecamatan Lakbok, 22.500 hektar sawah lainnya di daerah Manganti, dan ribuan hektar sawah lainnya di beberapa kecamatan lain di Ciamis, seperti Kecamatan Pamarican, Banjarsari, Padaherang, dan Kalipucang. Sebagian besar dari 3.313 hektar sawah di Kota Banjar juga mengandalkan air dari Sungai Citandui untuk irigasi. Agus menyebutkan, sejak lima tahun terakhir, fluktuasi debit air Sungai Citandui yang memiliki panjang 170 kilometer ini memang amat cepat. (nwo) Post Date : 08 Mei 2004 |