Debit Air PDAM Berkurang

Sumber:Koran Sindo - 21 Oktober 2008
Kategori:Air Minum

BANDUNG(SINDO) – Lebih dari 75% sumur artesis milik warga sekitar Sungai Cikapundung tercemar limbah.Hal ini mengakibatkan berkurangnya debit air bersih PDAM Kota Bandung.

“Berdasarkan hasil penelitian uji kelayakan beberapa tahun lalu,dari 25 sampel sumur artesis milik warga di bantaran Sungai Cikapundung, lebih dari 75%-nya tercemar limbah.Artinya,kadar limbah di Cikapundung sudah lebih dari 75%.

Otomatis debit air bersih PDAM pun berkurang,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Badan Pengendali Lingkungan Hidup (BPLH) Jawa Barat Iwan Wangsaatmadja kepada SINDO kemarin. Dia menjelaskan,dampak dari belum tertampungnya sekitar 70% limbah rumah tangga di Kota Bandung berimbas pada berkurangnya debit serta kualitas air bersih PDAM.

Limbah ini melahirkan bakteri ecoli yang bisa mengancam kesehatan.Sebagai alternatif dari sistem instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di Kota Bandung yang belum maksimal,diperlukan IPAL komunal untuk wilayah yang tak terjangkau. Sistem kerja IPAL ini sama seperti IPAL terpadu di Bojongsoang, Kabupaten Bandung.

”Bedanya, IPAL komunal ini ruang lingkupnya lebih kecil dibanding Bojongsoang. Lagipula,ini berada di wilayah Kota Bandung. Sistem ini hanya diperuntukkan bagi minimal satu RW karena ukurannya lebih kecil dan cenderung hanya cukup untuk menampung limbah beberapa rumah saja,” paparnya.

Dia mengungkapkan, Kota Bandung sendiri telah memiliki beberapa IPAL komunal yang dapat membantu masyarakat yang tinggal di daerah yang sulit terjangkau oleh pipa IPAL Bojongsoang.IPAL ini disiapkan langsung oleh BPLH dan PDAM, sedangkan masyarakat tinggal memasang pipa di rumahnya menuju IPAL komunal.

Direktur Air Bersih PDAM Kota Bandung Tardan Setiawan menyangkal jika dikatakan sistem IPAL yang belum terpadu berimbas pada penurunan debit air bersih untuk masyarakat Kota Bandung.

Pasalnya,PDAM mengambil air baku di bagian hulu sedangkan yang banyak tercemar adalah bagian hilir. “Kalau dikatakan menurunkan debit air bersih, saya rasa tidak, tapi secara tidak langsung limbah mengurangi kualitas air yang ada di bawahnya.

Air baku yang dipakai oleh PDAM berasal dari hulu Sungai Cisangkuy untuk bagian selatan dan bagian utara dari air baku. Keduanya masih bersih dari segala limbah rumah tangga,” papar Tardan. IPAL Bojongsoang saat ini sudah berhasil mengelola limbah yang diubah untuk irigasi bagi 120 hektar sawah warga sekitar.

“Nah, kalau limbah yang tertampung dan dialirkan ke Bojongsoang langsung di-treatement. Persoalannya, memang limbah yang tak tertampung ini,” papar Tardan. Pengamat lingkungan Kota Bandung Gede Tjahyana mengatakan, akibat IPAL yang belum terpadu, lingkungan hidup pun terkena imbasnya.

Warna air yang kehitaman di Sungai Cikapundung menjadi salah satu contoh nyata kerusakan lingkungan yang harus segera diminimalisasi. “Debit air bersih sudah menurun,hal itu bisa terlihat dari kualitas air di Sungai Cikapundung yang kini berwarna kehitam-hitaman,” kata Gede.

Dia menerangkan, pengolahan limbah di Kota Bandung harus dilakukan per wilayah atau dikenal dengan sistem zonetech water treatment (ZWT). Pola pengolahan itu bisa dilakukan per kecamatan, lingkungan kecil, atau bahkan satu kawasan.

Dengan model ini, setiap wilayah bisa membuat pengolahan limbah sendiri. Menurut Tjahyana, kelebihan pengolahan limbah per wilayah adalah semua masyarakat Kota Bandung bisa terlayani instalasi pengolahan limbah. Selain itu, biaya pembuatan jaringan dan operasional lebih murah. (wisnoe moerti/ miftahul ulum)



Post Date : 21 Oktober 2008