Daur Ulang Berawal dari Indonesia

Sumber:Kompas - 07 Agustus 2008
Kategori:Sampah Luar Jakarta

Bermukim selama 2 tahun di Perancis, saya mengamati banyak hal termasuk salah satunya TPS alias Tempat Pembuangan Sampah.  Karena di tiap desa selalu ada 1 TPS atau dalam bahasa Prancis DECHETTERIE, dimana kita dapat membuang sampah dalam ukuran besar di luar sampah rumah tangga.

Di sini sejak beberapa tahun terakhir, setiap rumah tangga dianjurkan untuk melakukan  tri selective, dimana kita menyeleksi sampah rumah tangga menjadi 3 macam : sampah plastik & kertas, sampah kaca dan sampah rumah tangga (seperti makanan dan lain-lain), yang biasanya juga dimasukkan dalam tempat sampah yang berbeda., tempat sampah bertutup kuning adalah untuk sampah kertas & plastik, sedangkan tempat sampah bertutup warna lain adalah untuk rumah tangga, sedangkan sampah kaca, biasanya dibuang di tempat sampah yang terletak di ujung desa dengan berlogo botol.

Sedangkan di luar 3 macam sampah tersebut, kita harus membuangnya di TPS. Suami sampai membeli mobil box tua untuk mengangkut sampah ke TPS tersebut karena biasanya kami membuang ranting-ranting, kursi patah maupun botol minyak sayur bekas. Ranting-ranting juga harus dibuang di TPS karena sudah sekian lama, kami dilarang membakar sampah di daerah perumahan.

Saya jadi membandingkan Prancis dengan Indonesia dalam hal daur ulang. Dan kembali teringat masa kecil saya di Lampung.

Sebulan sekali ada seorang bapak tua yang mampir ke rumah dengan membawa karung beras butut, yang adalah pembeli koran bekas. Koran ditimbang dan kami jual 15 rupiah per kilo. Biarpun saya takut pada bapak yang kotor tersebut, tapi saya senang kalau beliau lewat karena dengan uang tersebut saya diperbolehkan jajan  es mambo yang waktu itu harganya hanya 5  rupiah.

Ada juga bapak lain yang datang membawa gerobak, beliau adalah pembeli botol bekas. Kebetulan ibuku mempunyai sebuah rumah makan, sehingga banyak botol bekas fanta atau sasparila yang dikonsumsi para pelanggan. Dan buat kami, semua adalah hal yang biasa dan bukan hal yang harus diajarkan di sekolah maupun dipropaganda oleh pemerintah.

Keluarga kami juga punya tradisi yang sampai sekarang masih saya pertahankan, yaitu menyumbang pakaian bekas sebelum hari raya Natal, kalau di Lampung & Batam, saya menyumbangkan ke gereja, sedangkan disini kami menyumbangkan ke suatu organisasi keagamaan.

Alhasil, saya membuat kesimpulan sendiri, bahwa daur ulang sudah dilakukan di Indonesia sejak 30 tahun yang lalu, mungkin juga lebih. Dan kembali saya membuat kesimpulan pribadi, DAUR ULANG BERAWAL DARI NEGERI KITA TERCINTA.... hehehe... silakan bikin kesimpulan yang lain & jangan lupa dimasukan ke komentar ya ! Glad2cu - France



Post Date : 07 Agustus 2008