GANG Bhinneka di RW 04 Kedoya Utara, Jakarta Barat, tak jauh berbeda dengan gang lainnya. Lebarnya tak lebih dari dua meter. Namun, begitu melangkah ke dalam, suasana hijau menghias setiap sudut lingkungan Gang Bhinneka.
Berbeda dengan umumnya gang-gang di Ibu Kota, hampir tak terlihat sampah di gang ini. Sungai kecil yang melewati permukiman juga relatif bersih dari sampah. Sebaliknya, tempat sampah menghampar, baik di depan halaman rumah warga maupun sudut-sudut gang.
Warga RW 04 Gang Bhinneka rupanya telah menerapkan manajemen pengelolaan sampah sederhana. Proses pengolahan sampah di RW 04 dilaksanakan di dua RT, tepatnya di RT 05 dan RT 07.
Kawasan RT 05 dikhususkan sebagai bank sampah, tempat menampung seluruh sampah warga RW 04. Sementara RT 07 menjadi tempat daur ulang sampah untuk dijadikan berbagai produk kerajinan tangan. "Kami berusaha mengurangi sampah semaksimal mungkin," ujar Luspiati, 40, warga RT 07, kemarin.
Istri ketua RT ini menjelaskan dalam pengelolaan sampah rumah tangga, warga sudah terbiasa memilah menjadi dua jenis, yakni untuk sampah basah dan sampah kering. Sampah kering yang masih bisa dimanfaatkan dikumpulkan di bank sampah di RT 05 untuk dijual ke pengumpul langganan mereka.
Warga mengumpulkan sampah kering seperti kardus, botol mineral, dan kantong plastik di tempat khusus yang mereka sebut bank sampah. Di sana sampah-sampah tersebut disimpan menurut jenisnya. Saat menyetorkan sampah, warga menimbang berat sampah yang mereka simpan di bank dan mencatatnya.
"Setiap dua minggu sekali ada pengumpul sampah langganan kami yang datang dan membeli sampah-sampah tersebut untuk digunakan kembali," lanjutnya.
Selain menjualnya, warga RT 07 memanfaatkan sampah untuk dijadikan produk daur ulang. Sampah plastik bekas kemasan dipilah sesuai ukuran dan dicuci sampai bersih. Setelah itu baru dikeringkan dan dipotong-potong sesuai kebutuhan, kemudian disusun dan dijahit untuk dijadikan berbagai produk kerajinan.
Hasilnya, ada yang menjadi tas, dompet plastik, payung, dan tas laptop dari limbah bekas detergen atau pewangi pakaian. Mereka juga membuat taplak meja dari sampah sedotan plastik. Pot bunga pun dibuat dari bekas kemasan gelas air mineral.
"Saya sudah seperti pemulung saja, mengumpulkan sampah-sampah untuk dijadikan taplak seperti ini," seloroh Sumarni, 55, salah seorang ibu rumah tangga.
Bukan hanya sampah kering yang masih bisa digunakan yang dikumpulkan dalam bank sampah. "Sampah organik bekas sayuran atau kupasan buah juga kami kumpulkan dalam tong untuk dijadikan kompos," ujar kader lingkungan Gang Bhinneka yang akrab disapa Ibu Hendarto.
Sampah merupakan bagian dari kehidupan. Jadi, sudah sepatutnya dijadikan teman. "Sampah pasti selalu ada, dari kita dan untuk kita. Kami mencari cara untuk memanfaatkannya," imbuhnya.
Post Date : 14 Mei 2010
|