Danamon Peduli Buat Pengolahan Sampah

Sumber:Koran Sindo - 17 Maret 2009
Kategori:Sampah Luar Jakarta

PROBOLINGGO (SINDO) – Yayasan Danamon Peduli (YDP) memantapkan perannya sebagai lembaga non provit peduli ekonomi,sosial dan lingkungan. 

Dengan menggandeng Pemkot dan Pemkab Probolinggo, kemarin YDP meluncurkan unit pengolahan sampah menjadi pupuk organik berkualitas di areal tempat penampungan sementara (TPS) Ungup-Ungup Kota Probolinggo berikut Pasar Semampir Kabupaten Probolinggo.

Peluncuran ini meupakan bagian program ”Pasarku Bersih Sehat Sejahtera”. Dua lokasi tersebut adalah proyek ke enam yang diresmikan pada skala nasional. Sebelumnya YDP juga membangun unit pengolahan sampah di Bantul, Sragen, Wonosobo,Grobogan di Jawa Tengah serta Bogor, Jawa Barat.

Khusus di Jatim, setelah pasar di Kabupaten/Kota Probolinggo, lokasi lain yang dibidik YDP adalah Kabupaten Pacitan dan Bojonegoro. Ketua Umum Yayasan Danamon Peduli Risa Bhinekawati menyatakan, sebenarnya unit pengolahan sampah pasar tradisional di Pacitan lebih dulu selesai.

”Karena peresmiannya menunggu selesainya pasar modern, akhirnya peresmian di Probolinggo kami lakukan dulu. Ini karena proses pembuatan rumah kompos maupun penyediaan mesin pengolah lebih cepat selesai,”kata Risa. Risa menuturkan, pasar tradisional menjadi bagian program YDP lantaran pasokan sampah terbesar di semua kabupaten/kota se-Indonesia berasal dari pasar.

”Kami ingin secara sistematis membersihkan pasar-pasar tradisional. Karena selama ini (keberadaan serta jumlah) pasar tradisional mengalami kemunduran sekitar 8,1% dibanding pasar modern yang meningkat 31,4% per tahun,”ujarnya. Alasan lain, banyak di antara masyarakat yang tidak lagi ”melirik” pasar tradisional lantaran kumuh.

Dengan program YDP ini diharapkan pasar tradisional jadi lebih bersih,nyaman dan mengundang banyak pengunjung.Ini akan membuat pedagang lebih sejahtera dan pada akhirnya mampu menyisihkan dananya untuk disimpan. Sekadar informasi, 800 dari 1.000 cabang Bank Danamon di Indonesia berada di pasar-pasar tradisional.

Risa menjelaskan, kabupaten/ kota lain yang belum memiliki unit pengolahan sampah, masih kata Risa, bisa mengajukan proposal. YDP akan menindaklanjuti melalui survei. Setelah semuanya selesai, unit pengolahan senilai sekitar Rp90 juta,meliputi rumah kompos serta mesin pengolah, akan disediakan.

Unit pengolahan sampah ini bisa ditambah namun pendanaan pengadaan susulan ini harus melalui sharing dengan APBD kabupaten/ kota bersangkutan.YDP bisa sebatas memberikan pendampingan berikut pelatihan pada tenaga operasional unit pengolahan.

”Tahun lalu Yayasan Danamon Peduli mengeluarkan Rp2,7 miliar, tahun ini ada anggaran Rp2,2 miliar.Tahun depan kalau ini terbukti berhasil, nantinya tugas pemerintah yang mengelola. Dan ada costsharing,”pungkasnya. Pimpinan Danamon Simpan Pinjam Jatim bagian timur dan selatan Andi Joeffen mengatakan, program ini diharapkan bisa meningkatkan kondisi kebersihan pasar tradisional secara sistematis.

Selain itu membantu masyarakat membangun ketahanan pangan nasional berbasis pertanian organik. ”Program ini dapat menjadi titik awal bangkitnya pasar tradisional dan ketahanan pangan berbasiskan pertanian organik di Probolinggo khususnya,dan seluruh tanah air yang kita cintai,”kata Andi.

Sementara itu,Wakil Wali Kota Probolinggo Bandik Sutrisno menandaskan, pihaknya berterima kasih atas program YDP di wilayahnya.”Program ini bisa membantu pemerintah kota mewujudkan Probolinggo bersih.Sejak dua tahun lalu kita menjalankan program ”Kota Bersih”.

Menurutnya, pengolahan sampah pasar tradisional sebagai pupuk organik bisa memajukan pertanian di wilayahnya. Dari luasan wilayah Kota Probolinggo, 62,47% di antaranya merupakan lahan pertanian. Dominasi lahan pertanian ini menuntut ketersediaan pupuk yang tinggi.Berdasar data statistik, kebutuhan pupuk untuk kegiatan pertanian di Probolinggo pada tahun 2008 mencapai 2.953 ton.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Probolinggo Budi Krisyanto menampahkan, keseluruhan petani di wilayahnya menggunakan pupuk organik. Berdasar lahan pertanian yang ada, berarti diperlukan pupuk organik sebanyak 11.812 ton/tahun. Karena itu program ini cukup membantu.

Terpisah, Nadi,Ketua Kelompok Tani (Koptan) Bangu Jaya, Kelurahan Sumber Taman, Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo mengaku diuntungkan pupuk organik yang digunakannya. ”Dulu menggunakan pupuk pabrik, per tiga hektare tanaman jagung, hanya menghasilkan 24 kwintal. Setelah menggunakan pupuk organik, hasil panen meningkat menjadi 28 kwintal,” kata Nadi. (soeprayitno)



Post Date : 17 Maret 2009