Dana Miliaran Rupiah untuk Air Bersih

Sumber:Media Indonesia - 20 September 2011
Kategori:Air Minum

BAGUS SURYO DISTRIBUSI air bersih menjadi solusi ter dekat untuk meng atasi dampak kekeringan. Dana miliaran rupiah pun sudah dan akan dikucurkan pemerintah daerah guna membiayai upaya tersebut.

Di Jawa Timur, misalnya, pemerintah provinsi menyerahkan bantuan untuk korban kekeringan di 20 kabupaten dan kota. Bentuknya berupa air bersih, tandon air, dan jeriken.

Upaya itu menguras dana APBD hingga Rp13 miliar, yang disalurkan untuk tiga bulan. Sampai kemarin, dana yang sudah terpakai mencapai Rp5 miliar.

“Bantuan diserahkan secara berkala ke desa-desa yang dilanda kekeringan. Setiap desa mendapat 20 ribu liter air bersih per hari, dua tandon air dan 20 jeriken,“ ungkap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Jawa Timur Siswanto di Malang, kemarin.

Di provinsi itu, bantuan senilai Rp10 miliar juga dikucurkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Sama seperti bantuan dari pemprov, bentuknya juga pasokan air bersih, tandon air, dan jeriken. “Dana yang sudah terpakai mencapai Rp2,5 miliar,“ sambung Siswanto, lagi.

Di Temanggung, Jawa Tengah, distribusi air bersih untuk Desa Rowo dan Tlogopucang, Kecamatan Kandangan, sempat dihentikan saat Lebaran lalu karena kekurangan dana. Kemarin, air bersih kembali didatangkan untuk membantu warga.

Ratusan warga menyambut kedatangan truk tangki dengan sukacita. “Sebelum ada bantuan, kami harus menempuh jarak yang sangat jauh dengan berjalan kaki untuk mendapat air bersih,“ kata Ari, 36, warga Tlogopucang.

Dengan kucuran dana tambahan itu, pemkab bisa mendistribusikan 200 tangki air bersih ke dua desa tersebut. Sebelum Lebaran, dua desa itu telah mendapat pengedropan air bersih sebanyak 150 tangki.

“Dampak kekeringan di Temanggung sudah meluas ke 15 desa di enam kecamatan,“ kata Kasi Perlindungan Masyarakat Temanggung Eko Suprapto.

Masa darurat

Di Gunung Kidul, DI Yogyakarta, pemerintah kabupaten menetapkan masa darurat krisis air sejak Juni lalu. Kemarin, kebijakan itu diperpanjang lagi hingga akhir November. “Dari 18 kecamatan yang ada, 14 mengalami dampak kekeringan. Masa darurat diperpanjang karena belum ada hujan dan kebutuhan air terus meningkat,” kata juru bicara Dinas Sosial Gunung Kidul Irfan Ratnadi.

Distribusi air harus dilakukan pemkab untuk 179 pedukuhan. Setiap dukuh mendapat kucuran 5.000 liter air bersih. Kegiatan itu sudah menghabiskan dana Rp289 juta dari total anggaran tersisa Rp457 juta.

Tanpa menunggu bantuan pemerintah, ribuan petani di da taran tinggi Dieng, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Jawa Te ngah, berupaya sendiri mengatasi kekeringan. Dengan bergotong royong mereka menyedot air dari tiga telaga untuk menyelamatkan lahan kentang.

Dari Telaga Warna, Telaga Merdada, dan Telaga Balekambang, para petani mengalirkan air ke ladang yang berjarak 400 meter-3 kilometer. “Cara ini sudah biasa kami lakukan,” kata Alip, 39, petani di Desa Dieng Kulon.

Petani lain, Kaswan, 45, mengaku harus menyiapkan paralon dan selang sepanjang 1 km. “Setiap hari, saya membeli 15 liter solar untuk mengairi lahan seluas 0,5 hektare.” Lahan kentang berada di tiga desa dengan luas total sekitar 5.000 hektare. Petani harus mengeluarkan dana Rp200 ribu untuk mengairi areal tanaman seluas 0,5 hektare. Yang tidak punya dana terpaksa tidak bertanam untuk sementara.

Dampak kekeringan tidak hanya melanda warga. Ratusan kera di hutan sekitar Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, Jawa Tengah, juga ikut merasakannya. Solusi terdekat bagi mereka ialah turun gunung untuk mencari makanan. Biasanya, sasaran mereka ialah permukiman, sawah, dan kebun warga. Tahun ini, incaran bertambah lagi dengan makanan milik pedagang di sekitar objek wisata Masjid Saka Tunggal, Cikakak. “Mereka mengambil mi instan dan kacang,“ kata Karsini, 45, pedagang.

Saat kebanyakan petani menderita, tidak demikian dengan sekelompok kaum marhaen di pesisir Kulonprogo, DI Yogyakarta. Petani di atas lahan pasir itu tetap bisa panen sekalipun sudah lama tidak mendapat air hujan. “Lahan kami tidak butuh banyak air. Semakin kering makin baik,“ kata Widodo, petani pesisir. (LD/TS/FU/ES/ PO/N-2)



Post Date : 20 September 2011