|
REMBANG - Tahun ini Pemkab hanya mampu menyediakan dana untuk penanggulangan bencana alam dan penyediaan air bersih Rp 100 juta. "Doakan saja mudah-mudahan tidak terjadi bencana alam karena dananya pas-pasan," ujar Kepala Bagian Sosial Wahyoe Oetomo SH. Dia yang dihubungi di ruang kerjanya, kemarin, mengungkapan, hampir setiap tahun daerahnya dilanda kekeringan. Akibatnya, banyak penduduk yang kekurangan air bersih, terutama yang jauh dari pelayanan PDAM. Untuk mengurangi beban warga, Pemkab harus mengedrop air bersih lewat mobil tangki ke desa-desa yang dilanda kekeringan. Cara seperti itu membutuhkan biaya yang relatif mahal, terutama untuk kebutuhan operasional dan membeli air. Saat disinggung tentang daerah rawan kekeringan, Wahyoe menyatakan cukup banyak. Tahun lalu, dari 294 desa/kelurahan sekitar 80% dilanda kekeringan yang parah. "Untuk tahun ini, angkanya tak akan berbeda jauh. Mungkin bisa lebih parah lagi karena curah hujannya sangat rendah," ujarnya. Karena itu, persediaan dana Rp 100 juta untuk dua keperluan, yaitu penanganan bencana alam dan penyediaan air bersih sangat minim. "Jujur saja, untuk pengedropan air bersih saja masih kurang. Belum lagi jika terjadi bencana alam yang membutuhkan penanganan darurat," katanya. Mengapa cuma disediakan dana sebesar itu? Wahyoe mengemukakan, sebenarnya usulan dana untuk keperluan tersebut lebih besar, namun yang disetujui DPRD hanya Rp 100 juta. Saat ditanya tentang kesiapan sarana untuk pengedropan air bersih, dia mengungkapkan, Pemkab sudah memiliki delapan mobil tangki air. Kendaraan itu nantinya akan dioprasikan ke desa-desa yang terlanda kekeringan. "Kami sudah minta bantuan kepada semua camat untuk mendata, khususnya menyangkut jumlah desa yang membutuhkan air bersih. Akan tetapi, hingga kini belum ada laporan masuk," imbuhnya.(jl-15j) Post Date : 28 April 2005 |