|
WONOSARI (KR) - Program pelayanan air bersih kepada keluarga miskin akan dilanjutkan kembali setelah dihentikan beberapa waktu lalu, menyusul ada hujan kiriman di berbagai tempat. Namun kali ini Tim Penanggulangan Kekeringan Gunungkidul sedang memantau di lapangan terhadap kondisi air sekaligus menunggu laporan dari masing-masing lurah desa. Demikian dikatakan Assekda II Basuki Rochim SIP yang didampingi Kasubag Kesra Ekobang Gunungkidul Dadang, ketika dikonfirmasi, KR, Sabtu (6/8). Kami sedang menunggu hasil pemantauan di lapangan sekaligus laporan dari masing-masing lurah dan camat, katanya. Jika memang persediaan air hujan yang ditampung dalam bak sudah menipis, Tim akan segera melakukan pengiriman bantuan air kembali kepada penduduk yang benar-benar membutuhkan. Hanya saja saat ini dana bantuan air yang semula dianggarkan Rp 400 juta kini tinggal Rp 100 juta atau 25 persennya. Padahal musim kemarau masih akan berlangsung Agustus hingga Oktober. Sementara itu dari pemantauan KR di beberapa wilayah seperti di Desa Jetis dan Krambilsawit, Kecamatan Saptosari, persediaan air hujan di bak milik penduduk hampir habis, kira-kira tinggal 3 sampai 4 hari. Sebagian besar penduduk sudah harus membeli air dari pedagang swasta, karena bantuan air dihentikan sementara. Namun demikian karena daya beli masyarakat terutama keluarga miskin semakin berat, maka akan segera mengajukan usulan agar bantuan segera dilanjutkan, kata Tugiman warga Dusun Dondong, Desa Jetis dan Parno warga Krambilsawit. Sementara itu Bupati Gunungkidul Suharto SH, minta kepada seluruh masyarakat untuk mengamankan aset daerah berupa pipa air minum beserta asesorisnya, meskipun saat ini belum berfungsi. Sebab pengadaan pipa air minum yang dananya bukan dari APBD Gunungkidul sangat mahal. Pemkab Gunungkidul tidak akan mampu membeli pipa sejenis yang dipasang di berbagai pelosok desa di daerah ini, kata Suharto SH. Jika ada oknum yang berani merusak atau mencuri pipa berikut asesorisnya, pihaknya akan mengambil tindakan tegas. Kami siap menindak siapapun yang berani merusak pipa, tegas Bupati. Masalah air bersih di daerah ini, kata Bupati menjadi prioritas utama bagi pembangunan di Gunungkidul. Untuk itu pihaknya sedang melakukan lobi baik dengan Gubernur DIY maupun dengan Menteri PU agar masalah air di Gunungkidul segera tuntas, sehingga setiap musim kemarau tidak akan lagi penduduk yang kesulitan air. Saat ini sedang dipertimbangkan pengoperasian armada tanki yang selama ini masih dikelola oleh Pemkab Gunungkidul. Pada dasarnya lurah desa sudah saatnya diberikan kewenangan untuk mengelola mobil tanki, dengan demikian untuk pelayanan air bisa lebih cepat dan efektif. Jangan dikira lurah tidak mampu, janki diberikan dana untuk pembangunan saja seharusnya sudah mampu, kata Suharto. (Awa)-d. Post Date : 08 Agustus 2005 |