JAKARTA(SI) – Pinjaman Bank Dunia untuk dana pengendalian banjir sebesar USD150 juta cair. Pengerukan 13 kali akan dilakukan awal tahun depan.
Sejumlah drainase juga akan dilakukan pengerukan. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan, pengerukan 13 kali akan dilakukan antara Januari atau Februari 2010. Jadwal tersebut ditetapkan karena dana dari Bank Dunia sebanyak USD150 juta sudah cair.”Prosesnya sudah final.
Kita akan lakukan pengerjaan fisiknya saat musim hujan nanti,” ungkap Gubernur di Balai Kota DKI Jakarta kemarin. Saat ini, lanjut Fauzi Bowo, pemerintah pusat sedang membuat Peraturan Pemerintah (PP) mengenai Penyerahan Pinjaman (On Landing) ke Pemprov DKI Jakarta.
Menurutnya, PP tersebut akan selesai dan ditandatangani September ini. ”PP tersebut penting karena dana tersebut tidak hanya untuk pemprov,namun dibagikan lagi kepada Departemen Pekerjaan Umum,”lanjutnya. Dalam konsep pinjaman itu DKI akan mendapatkan pinjaman USD60 juta, sedangkan pemerintah pusat sebesar USD90 juta.
Dengan dana itu, tidak hanya kali sebagai saluran mikro yang akan dikeruk,namun juga drainase sebagai saluran mikro. Kedua saluran tersebut sudah tidak berfungsi maksimal karena sudah tersumbat lumpur sekian lama.”Kapasitasnya hanya 30-40 % dan sulit menyerap air. Karena itu, memang perlu segera dikembalikan seperti semula, ”ungkapnya.
Sementara target pengerukan 13 kali selesai pada 2012. Mantan Kepala Dinas Pariwisata era 1993- 1998 ini menambahkan,dana yang mencapai triliunan rupiah tersebut juga akan digunakan untuk normalisasi Waduk Pluit. Lahan di sekitar Waduk Pluit diokupasi oleh warga sekitar sehingga kapasitas waduk hanya sekitar 60%.
Saat ini ada 10.000 KK yang menghuni kawasan waduk itu. Fauzi Bowo menegaskan, warga yang sekarang menghuni waduk Pluit akan direlokasi. Dalam rencana awal, mereka akan dipindahkan ke rumah susun (rusun).”Ada bagian-bagian tertentu yang harus dibersihkan. Akan ada program resettlement(pemukiman kembali) dan pemberian kompensasi sebagaimana peraturan yang berlaku,” katanya.
Jumlah anggaran untuk penertiban di waduk-waduk Jakarta Utara ini mencapai Rp20 miliar.Gubernur menambahkan,ada tiga lokasi pembuangan lumpur di Jakarta Utara yang disiapkan yakni Ancol, Marunda, dan Taman BMW. Analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) semua tempat pembuangan lumpur tersebut juga sudah dipegang.
”Bank Dunia mensyaratkan kalau semua proyek yang didanai olehnya harus proyek yang berwawasan lingkungan,”tegasnya. Direktur Lingkungan Hidup Perkotaan Institut Hijau Indonesia Selamet Daroyni berkomentar, penyebab banjir di Jakarta yakni belum maksimalnya fasilitas pengendalian banjir dan Jakarta menghasilkan sampah sebesar 27.966 m2 atau 6.000 ton per hari.
Dari jumlah tersebut, pemprov hanya mampu mengangkut 4.850 ton sampah atau 72%. ”Sisanya sebesar 1.886 ton terbuang ke saluran air dan sungai,”tuturnya. Timbunan sampah itu, ujar Slamet,tidak hanya menyebabkan penyumbatan saluran air maupun pendangkalan kali namun juga sekaligus menjadi sumber penyakit seperti diare, hepatitis C, demam berdarah, dan tifus pada korban banjir. ”Penanganan banjir juga harus diselaraskan dengan penataan tata ruang yang mengedepankan ruang terbuka hijau (RTH),”ujarnya. (neneng zubaidah)
Post Date : 11 September 2009
|