Dana AMPL Hanya Satu Persen/Tahun

Sumber:Bangka Pos - 14 September 2005
Kategori:Air Minum
PANGKALPINANG Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung hanya mengalokasi dana sebanyak satu persen dari APBD setiap tahun untuk pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL) di Babel. Padahal dari hasil survei Dinas Kesehatan akibat pencemaran air dan kurang sehat lingkungan menjadi faktor utama merebaknya penyakit, seperti diare dan malaria.

Hal ini diungkapkan Kepala Bapeda Babel melalui Kabid Fisik dan Prasarana, Chairul Amri kepada Bangka Pos Group di sela-sela acara Lokakarya Sinergi Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di Hotel Mitra Pangkalpinang, Selasa (13/9).

Saat ini kita masih merasakan kurangnya kepedulian pemerintah tentang kebersihan air dan penyehatan lingkungan di Babel, hal ini dapat dilihat dari bantuan dana tiap tahun hanya berkisar satu persen, kata Amri.

Amri mensinyalir kurangnya perhatian pemda terhadap masalah pendanaan penyehatan air dan lingkungan terjadi juga di beberapa kabupaten/kota yang ada di sini. Selain itu kurangnya kesadaran masyarakat menjaga kebersihan sumber air baku dan kesehatan lingkungan, juga menjadi faktor kerusakan air dan lingkungan di Babel.

Buruknya kesadaran tersebut bisa kita lihat dari kurangnya upaya menjaga air bersih dan kebersihan lingkungan, seperti irigasi, pengolahan limba, drainase, tempat pembuangan dan pengelolaan sampah dan hal lain yang berhubungan dengan penyehatan air dan lingkungan masih sangat kurang, imbuh Amri.

Ke depan diharapkan ada kesadaran dan partisipasi dari masyarakat untuk menjaga sumber air bersih dan lingkungan sehat, karena kalau hanya mengandalkan pemerintah daerah kemungkinan akan kurang berhasil.

Perlu Kesadaran

Sementara itu Konsultan Waspola, Husen Pasaribu kepada harian ini mengatakan secara nasional Provinsi Babel menduduki urutan ke 27 sebagai provinsi dengan tingkat air sudah tercemar, sedangkan sanitasi Babel lebih buruk lagi hanya menduduki peringkat ke 29 dari 36 provinsi di Indonesia.

Ini tidak luput dari kurangnya perhatian dan kesadaran pemerintah, terutama masyarakat Babel tentang usaha untuk menjaga kebersihan air dan lingkungan, tukas Husen.

Dijelaskannya, walaupun ada pihak investor yang menyebabkan air dan lingkungan rusak, tapi hal itu hanya sedikit karena sebagian besar kerusakan air dan lingkungan disebabkan oleh masyarakat Babel itu sendiri. Karena itu perlu ada kesadaran masyarakat menjaga sumber air baku dan lingkungan sejak dini, karena pulihnya sumber air baku dan lingkungan yang telah rusak membutuhkan waktu lama.

Bukan dilihat hasilnya sekarang, tapi untuk terus-menerus ke depan, karena bagaimanapun juga yang namanya kerusakan lingkungan dan air bersih akan terus terjadi seiring perkembangan Babel, hanya kesadaranlah yang dapat menyeimbangi dan menguranginya, tandas Husen.(h8)

Post Date : 14 September 2005