|
NUSA DUA(SINDO) Masalah dana adaptasi akhirnya disepakati dalam pembahasan Kontak Grup dalam Konvensi PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) di Nusa Dua, Bali. Pencapaian tersebut merupakan perkembangan penting karena selama sepekan terakhir dana adaptasi menjadi bahasan paling kontroversial. Negara berkembang menuntut pengelolaan dana adaptasi ditangani sendiri tanpa campur tangan negara maju.Alasannya, dana adaptasi itu berasal dari mekanisme pembangunan bersih (clean development mechanism/CDM) sehingga negara berkembang menjadi pemilik penuh dana tersebut. Ada perkembangan bagus dalam masalah dana adaptasi yang selama ini mendapat sorotan.Telah ada kesepakatan bulat tentang dana adaptasi, kata Sekretaris Eksekutif UNFCCC Yvo de Boer kemarin. Dana adaptasi merupakan dana yang dialokasikan untuk program-program penyesuaian diri manusia dalam menghadapi perubahan iklim. Dana tersebut tidak berasal dari donor dan pemerintah, tapi murni 2% dari CDM.Dengan demikian, negara berkembang yang menjalankan program-program CDM memiliki hak penuh untuk pengelolaan dana adaptasi. De Boer menjelaskan, Kontak Grup telah memasukkan carbon capture storage (CCS) sebagai salah satu mekanisme mengurangi pemanasan global.CCS dianggap sebagai salah satu cara yang efektif untuk menangkap gas karbondioksida di udara untuk disimpan dalam perut bumi. Selain itu, masalah reforestasi di negara-negara Afrika dan berkembang juga mendapat perhatian dalam Kontak Grup. Masalah kerusakan hutan diharapkan akan disepakati di dalam pertemuan tingkat tinggi.Pertemuan tingkat tinggi akan digelar pekan ini dan Bali Roadmap akan menjadi acuan menuju penyempurnaan Protokol Kyoto pasca 2012.Presiden COP-13 Rachmat Witoelar berharap Bali Roadmap dapat memengaruhi keputusan di masa depan, kata de Boer. Sementara Ketua Delegasi Indonesia di UNFCCC Emil Salim menjelaskan bahwa Kontak Grup telah bekerja keras untuk mendapatkan kesepakatan penuh. Dana adaptasi telah disepakati secara bulat,namun ada kesepakatan yang hampir bulat, seperti reduction emision from deforestation and degradation (REDD).Ada satu negara yang ingin memasukkan. Tidak hanya deforestasi, namun juga konservasi,kata Emil Salim. Menurut Emil, masalahnya terletak pada konservasi menyangkut carbon stock, sementara deforestasi menyangkut carbon flow. Padahal, dalam RAT yang akan diberi imbalan adalah carbon flow, bukan carbon stock. Jadi perdebatannya lebih pada bagaimana dengan imbalan untuk carbon stock. Ini bukan prinsip, tapi masalah metodologi, kata Emil. Emil juga menjelaskan adanya kemajuan penting dalam masalah CDM dan transfer teknologi. Teknologi bagi negara berkembang sangat penting. Pada 13 Desember nanti, secara khusus ada pertemuan untuk membahas teknologi ini, katanya. Indonesia optimistis pertemuan UNFCCC telah menuju langkah-langkah positif. Emil berharap pertemuan tingkat tinggi pekan ini dapat memberi arahan yang jelas untuk negosiasi di Polandia dan Denmark. Pertemuan di Bali merupakan kerangka dasar yang daging-dagingnya akan disepakati dalam negosiasi di Polandia dan Denmark, tambah Emil. Menurut Emil, saat ini ada tiga opsi utama terkait Protokol Kyoto yang akan berakhir pada 2012.Opsi pertama,Protokol Kyoto berakhir 2012 dan berhenti tanpa ada tindak lanjut.Kedua, setelah masa berakhir, tidak ada Protokol Kyoto tapi protokol yang lain.Ketiga, ada Protokol Kyoto fase I dan Protokol Kyoto fase II, katanya. Namun arah UNFCCC di Bali kali ini lebih cenderung mendukung opsi ketiga, bahwa ada fase II bagi Protokol Kyoto. Dalam laporan Badan Pembangunan PBB (UNDP) yang disampaikan di Nusa Dua, Bali, kemarin, kebutuhan dana adaptasi pada tahun 2015 nanti diperkirakan mencapai USD86 miliar per tahun. Angka ini memang awalnya terkesan sangat besar, tapi sebenarnya cuma 0,2% GDP negara-negara kaya, kata Ketua Tim Peneliti UNDP Kevin Watkins. Menurut dia, negara-negara miskin bukanlah pihak yang harus bertanggung jawab atas perubahan iklim sehingga negara-negara maju yang harus membayar dana adaptasi. Di bagian lain, para delegasi diharapkan dapat mengunjungi obyek-obyek wisata di berbagai daerah di Indonesia seusai mengikuti konvensi di Nusa Dua, Bali. Ajakan kepada delegasi untuk berkeliling Indonesia disampaikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik. Kunjungan para delegasi yang berasal dari 189 negara itu tidak hanya di Bali, tapi juga diharapkan menyebar untuk mengenali seni budaya dan keindahan alam Indonesia yang beragam, kata Jero Wacik di Denpasar kemarin. Menurut Jero Wacik,pihaknya sudah menyiapkan kunjungan, antara lain ke Yogyakarta,Tanatoraja,NTB. (syarifudin/titis widyatmoko/ miftachul chusna) Post Date : 12 Desember 2007 |