Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta: Ringkasan Disertasi

Pengarang:Oswar Muadzin Mungkasa
Penerbit:Depok, Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Agustus 2006, vi + 32 hal
Tahun Terbit:Th. 20063
No. Klasifikasi:363.61 MUN d
Kata Kunci:disertasi, investasi air minum, pertumbuhan pro poor, pertumbuhan ekonomi, DKI Jakarta, distribusi pendapatan, Computable General Equilibrium
Lokasi:Perpustakaan AMPL
Kategori:Karya Ilmiah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berbagai permasalahan yang terkait dengan
penyediaan air minum bagi penduduk miskin di perkotaan dengan mengambil kasus
DKI Jakarta. Pemerintah belum mampu menyediakan prasarana dan sarana pelayanan
publik yang memadai, diantaranya, dalam bentuk pelayanan kebutuhan air minum.
Pemenuhan kebutuhan air minum penduduk melalui air minum perpipaan khususnya
penduduk miskin perkotaan, ditengarai dapat mengurangi beban pengeluaran air
minum, beban pengeluaran bagi biaya pengobatan akibat penggunaan air minum yang
tidak layak, dan mengurangi jumlah hari nonproduktif. Kondisi ini akan mendorong
peningkatan produktivitas dan tabungan rumah tangga miskin yang mengarah pada
meningkatnya pendapatan per kapita dan membaiknya kesenjangan pendapatan, yang
akhirnya berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian secara keseluruhan.

Investasi air minum, baik secara teoritis maupun secara empiris, terbukti
mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, pemenuhan kebutuhan air
minum penduduk perkotaan, khususnya penduduk miskin, dapat meningkatkan
kesejahteraan penduduk yang berdampak pada perbaikan distribusi pendapatan.
Kombinasi dari investasi air minum dan pemenuhan kebutuhan air minum penduduk
miskin perkotaan akan menghasilkan pertumbuhan pro-poor, yaitu pertumbuhan
ekonomi yang dapat mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan. Dikaitkan
dengan kondisi DKI Jakarta, investasi air minum yang bersifat pro poor merupakan
suatu keniscayaan, dengan berbagai pertimbangan diantaranya (i) tingkat urbanisasi
yang masih tinggi, dan (ii) proporsi penduduk yang belum mendapat akses air minum
perpipaan masih cukup tinggi.

Oleh karena itu, pertanyaan yang mengemuka adalah (i) apakah investasi air
minum perpipaan di DKI Jakarta telah memicu pertumbuhan ekonomi yang bersifat
pro-poor, (ii) apakah investasi air minum nonperpipaan di DKI Jakarta memicu
pertumbuhan ekonomi pro-poor; (iii) apakah subsidi pemerintah dalam penyediaan air
minum di DKI Jakarta memicu pertumbuhan ekonomi pro-poor.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, disertasi ini menggunakan model
komputasi keseimbangan umum (Computable General Equilibrium/CGE) atau
disingkat model CGE. Model CGE adalah suatu sistem persamaan simultan tak-linier
yang mensimulasikan perilaku optimal dari semua konsumen dan produsen yang ada di
dalam suatu perekonomian. Tiga skenario simulasi diterapkan dalam studi ini dengan
menggunakan data SNSE DKI Jakarta Tahun 2000 untuk mengetahui skenario
pembangunan air minum yang dapat mengarah pada pertumbuhan pro-poor, yaitu (i)
simulasi investasi berupa peningkatan investasi air minum perpipaan dan air minum
nonperpipaan, (ii) simulasi subsidi berupa penyediaan subsidi air minum bagi rumah
tangga miskin yang bersumber dari peningkatan pajak air minum perpipaan maupun
pemerintah pusat, (iii) simulasi investasi dan subsidi berupa peningkatan investasi air
minum perpipaan yang disertai penyediaan subsidi air minum bagi rumah tangga
miskin, baik dari peningkatan pajak air minum perpipaan maupun pemerintah pusat.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa peningkatan investasi air minum di DKI
Jakarta berdampak pada pertumbuhan ekonomi tetapi tidak berpengaruh pada
pengurangan kesenjangan, yang berarti pembangunan air minum di DKI Jakarta belum
bersifat pro poor. Selain itu, agar terjadi pertumbuhan pro poor, investasi air minum
perpipaan sebaiknya disertai dengan penyediaan subsidi dari pemerintah pusat.
Semakin besar nilai investasi, semakin besar subsidi yang perlu diberikan.

Beberapa rekomendasi penting, yaitu (i) pemerintah daerah sebaiknya
menjadikan akses air minum bagi penduduk miskin sebagai salah satu target dan
indikator keberhasilan pembangunan DKI Jakarta, (ii) penyediaan subsidi bagi rumah
tangga miskin masih diperlukan jika proporsi rumah tangga miskin yang belum
mendapat akses air minum perpipaan masih relatif besar. Sumber dana subsidi yang
potensil diantaranya adalah dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari
perusahaan (iii) mengembangkan program pembangunan air minum berbasis
masyarakat, (iv) air minum nonperpipaan masih dapat menjadi alternatif sumber air
minum jika dilakukan pembenahan aspek regulasi, penyediaan sumber dana investasi,
dan peningkatan jumlah sumber air seperti kran umum sehingga harga air minum
nonperpipaan menjadi terjangkau, dan (v) pembenahan kendala akses bagi rumah
tangga miskin seperti biaya pemasangan yang terjangkau.
 



Post Date : 08 Mei 2007