|
BANDUNG -- Aksi penolakan warga sekitar lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cicabe pada Ahad (12/2) lalu, akan berbuntut panjang. Pasalnya, sudah dua hari, PD Kebersihan Kota Bandung menghentikan pengangkutan sampah dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ke TPA tersebut. Akibatnya, sebanyak 14 ribu meter kubik belum terangkut. ''Dua hari (pengangkutan sampah, Red) terhenti, maka kita akan coba cairkan kondisi tersebut,'' kata Sekda Kota Bandung, H Maman Suparman,SH kepada wartawan, Senin (13/2). Ia berjanji akan berusaha menangani persoalan tersebut sesegera mungkin. Dihubungi terpisah, Kabag Hukum dan Humas PD Kebersihan Kota Bandung, S Yosep, mengatakan, TPA Cicabe akan tetap digunakan sambil menunggu keberadaan TPA yang baru. ''Kita upayakan dalam waktu sebelum ada pembuangan sampah yang tetap, dimanfaatkan (TPA Cicabe) sesuai kesediaan masyarakat,'' ujarnya. Ia menjelaskan, setiap hari, masyarakat Kota Bandung rata-rata menghasilkan sampah 7.500 meter kubik per hari. Karena aksi demo warga yang menolak perpanjangan penggunaan TPA Cicabe itu, selama dua hari sampah tak diangkut atau jumlahnya sama dengan 14 ribu meter kubik. Seperti diberitakan sebelumnya, ratusan warga RW 06 Kelurahan Mandalajati, Kecamatan Cicadas, melakukan aksi demo pada Ahad (12/2) menolak pengoperasian TPA tersebut. Mereka berupaya menghadang truk sampah yang akan masuk ke kawasan itu. Sekretaris Komisi C DPRD Kota Bandung, Muchsin Al Fikri, menyatakan bahwa aspirasi warga baik yang menerima maupun menolak harus diperhatikan. ''Perlu musyawarah, salah satu opsinya adalah TPA ditutup, kalau perlu ada opsi lain yang lebih baik,'' ujarnya. Lebih lanjut Yosep, mengungkapkan, PD kebersihan mencoba berdialog dengan para warga yang menolak tapi warga tetap menolak. Karena itu, hingga kini belum ada jalan keluar atas masalah ini. 'Sekarang ini (sore kemarin, Red) kita mengirim Direktur Teknik PD Kebersihan, camat dan muspika untuk melakukan dialog dengan warga,'' ungkap Yosep yang dihubungi Republika via telepon. Tindak lanjut masalah itu, kata dia, menunggu hasil dialog tersebut. Sementara itu, untuk menyelesaikan pengelolaan sampah di berbagai daerah, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) memiliki solusinya. Menurut Rektor UPI Sunaryo Kartadinata, mahasiswa UPI sudah berhasil mengembangkan mesin pembakar sampah. Yaitu, menciptakan mesin yang bernama Irotary incenerator (mesin pembakar sampah berputar). ''Kalau ada pemkot/pemkab yang ingin mengembangkan silakan, kita akan menyiapkan teknologinya,'' ujar Sunaryo, Senin (13/2). (rig/kie ) Post Date : 14 Februari 2006 |