Dampak Air PDAM mampet Ribuan KK Terpaksa Gunakan Air Sungai

Sumber:Surya Pos - 26 Agustus 2008
Kategori:Air Minum

MADIUN-SURYA-Ribuan Kepala Keluarga (KK) yang ada di tiga dusun di Desa Karangrejo, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun mengeluhkan kesulitan mendapatkan jatah air bersih. Pasalnya, jaringan Perusahaan Daerah Air Mimum (PDAM) yang dibangun untuk wilayah desa tersebut sejak tahun 1990 lalu macet total sejak sebulan terakhir.

Hal itu disebabkan terputusnya jaringan pipa PDAM yang melintas di desa tersebut. Dampaknya, disaat musim penghujan warga hanya mengandalkan air hujan dan dimusim kemarau seperti ini warga mengeluhkan kesulitan mendapatkan jatah air bersih tersebut.

Ketiga dusun yang mengalami kesulitan mendapatkan air berish itu diantaranya Dusun Karangsemi, Guwo, dan Dusun Karangrejo, Desa Karangrejo, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun.

Wagirah, 45, salah seorang warga RT 24 RW 03 Dusun Karangsemi mengatakan jika musim kemarau warga sekitar Dungus ini hanya mengandalkan air bersih dari aliran Sungai Dungus yang terus menyusut. Menurutnya, seluruh kebutuhan akan air ditumpukan warga ke aliran Sungai Dungus tersebut. Yakni mulai dari kebutuhan air untuk memasak, mencuci, mandi, hingga ke kebutuhan air untuk ternak mereka.

"Ya, semua kebutuhan air kami bertumpu pada sungai ini. Sebab, pelayanan aliran air PDAM sudah dihentikan untuk desa ini," terangnya kepada Surya, Senin (25/8).

Hal yang sama diungkapkan Suwito, 43, warga lainnya. Menurutnya, untuk segala kebutuhan air bersih diambil dari sebuah kolam penampungan yang dibuat warga secara berkelompok. Untuk lima KK, warga menyediakan satu kolam penampunag air dan diisi sepekan sekali. Kolam penampungan air dari aliran Sungai Dungus itu dimanfaatkan untuk kebutuhan memasak, mencuci, mandi, dan kebutuhan ternak mereka.

"Kalau masalah kesehatan air, sebenarnya warga mengeluh. Tetapi apa boleh buat memang adanya seperti ini. Jumlahnya sangat terbatas. Apalagi, air yang bersumber dari Dungus itu dialirkan melalui parit terbuka yang mana sudah banyak warga yang memanfaatkan air parit sebagai tempat cuci dan mandi," imbuhnya.

Hal yang sama diungkapkan warga Dusun Guwo. Menurut Sumarmi, 41, warga juga terpaksa membeli air tangki dengan harga Rp 170.000 per tangki manakala terdapat acara hajatan keluarga.

"Setiap warga sini, kalau hajatan, kebutuhan air bersihnya cukup banyak. Kami terpaksa membeli satu tangki untuk memebuhi kebutuhan air untuk hajatan tersebut," ungkapnya.

Sementara itu, jika kolam penampungan air yang dibagi setiap 5 KK itu kosong, warga masih memiliki kebebasan untuk mencari air bersih dari kolam penampungan air dari warga Rukun Tetangga (RT) lainnya.

"Kalau kolam habis. Warga biasanya mencari di kolam penampungan air lainnya. Tak ada warga yang mempersoalkan itu," jelas Suwito, 50. warga setempat lainnya.

Sementara itu, Agus Sugiono, salah seorang tokoh masyarakat setempat membenarkan jika pelayanan aliran air PDAM di kampungnya sudah dihentikan sejak empat tahun sebelumnya. Oleh karenanya, kata Agus, warga di desanya kerap mengalami kesulitan air bersih saat musim kemarau.

"Ya, memang sudah dihentikan sejak 4 tahun lalu pelayanan air PDAMnya. Makanya, warga menggunakan embung dari aliran Sungai Dungus untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya," tandasnya. st14



Post Date : 26 Agustus 2008