Daerah Banjir Meluas

Sumber:Kompas - 09 Oktober 2006
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Medan, Kompas - Daerah rawan banjir di Kota Medan semakin luas. Kawasan-kawasan yang biasanya tidak dilanda banjir, pada musim hujan tahun ini sudah mengalami banjir. Menjelang musim hujan ini, makin membuat warga Kota Medan khawatir. Memang, banjir di Kota Medan lebih banyak disebabkan banjir kiriman.

Pekan lalu, luapan Sungai Babura menggenangi ribuan rumah di kawasan Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Polonia. Di sekitar Pasar Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan, yang jarang sekali dilanda banjir, pekan lalu terkena banjir. "Biasanya daerah ini tidak kena banjir. Sejak saya SD tahun 1980-an sampai sekarang sudah punya anak, baru kemarin banjir besar lagi," kata Yanti (30), yang membuka kios ponsel di muka Pasar Simalingkar, Minggu (8/10).

Warga terpaksa mengungsi dan menyelamatkan barang-barang mereka. Yanti juga menuturkan, warga yang tinggal di tepian Sungai Babura merasa khawatir karena pada musim hujan sekarang ini naiknya air sungai sering tidak terduga-duga.

Topografi sekitar pasar itu terhitung rendah dibanding kawasan perumahan di sekitarnya. Air dari kawasan perumahan mengalir ke kawasan sekitar pasar. "Disini banjir belum parah dibanding di Jalan Cengkeh atau Mandala. Disana air sudah sampai ke atap rumah," ujarnya. Banjir itu, menurut Yanti, merupakan banjir kiriman dari hulu.

Selain Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Polonia, banjir pekan lalu melanda Kecamatan Medan Baru, dan Kecamatan Medan Selayang. Lagi-lagi luapan Sungai Deli menggenangi ribuan rumah warga yang tinggal di sekitarnya. Jalan-jalan di kawasan Kecamatan Medan Baru yang beberapa tahun lampau bebas dari genangan air, belakangan ini mulai tergenang banjir saat hujan turun selama dua jam.

Saat ini, kecemasan menghantui warga Medan karena datangnya banjir bisa menenggelamkan rumah-rumah mereka terutama yang berada di Daerah Aliran Sungai Deli dan Babura. Sejumlah warga menyiapkan tempat khusus untuk menampung barang-barangnya kala banjir datang melanda.

"Saat kemarau saja, kampung kami sering kebanjiran. Hujan sedikit terus banjir. Bagaimana jika hujan datang, kami semakin khawatir akibatnya semakin memburuk," tutur Ketua Gerakan Masyarakat Medan Maimon Bersatu (GM3B) Khairul Syah.

Khairul menuturkan, kawasan DAS Deli memang langganan banjir. Hanya, berangsur-angsur banjir datang lebih sering dengan akibat lebih serius. Pada akhir 1980an, kata dia, banjir di tempat tinggalnya terjadi sebanyak lima sampai enam kali dalam setahun. "Itu pun hanya terjadi pada saat hujan besar datang," kata dia.

Kini, banjir datang tidak mengenal musim. Jika hujan sedikit saja, kata dia, banjir sudah melanda ke rumah warga. Banjir semakin parah datang pada era 2000 an. Saat itu, kata Khairil, pemerintah membiarkan bangunan-bangunan permanen mulai berdiri di dekat bibir DAS Deli dan Babura.

Menurut Khairul, pengurukan tanah di bibir DAS Deli membuat kawasan itu seperti sebuah kuali penampung air. Dahulu, luas daerah yang terkena banjir sekitar 1,5 hektar, sementara sekarang luas banjir di kawasan Medan Maimon sekitar 3 hektar.

Warga Medan Maimoon mempermasalahkan salah satu pengurukan DAS Deli. Di atas tanah urukan itu, dibangun bangunan permanen. Akibatnya, air hujan lebih lama terserap tanah. Jika hujan sedikit saja, banjir bisa datang ke pemukiman warga. Saat Kompas melihat pengurukan tanah di sekitar DAS Deli, pemukiman warga berada di bawah tanah pengurukan.

Salah satu warga Gang Kenanga, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimon Adi mengatakan pemerintah tidak peka dengan persoalan yang dihadapi warga. Bertahun-tahun, kata Adi, warga hidup dalam kecemasan. "Masa warga dibiarkan hidup dalam kecemasan. Kami selalu terancam dengan banjir meski hujan turun sedikit saja," tutur dia.

Adi menuturkan, banjir di Medan yang sebelumnya paling tinggi selutut, kini bisa sampai ke atap rumah. Tidak hanya itu, banjir dahulu yang biasa habis dalam dua sampai tiga jam, kini air banjir baru bisa habis setelah satu sampai dua hari. "Bagaimana ini, sebentar lagi kami Lebaran. ITu kan saat semua keluarga kumpul bersama," katanya. (FRO/NDY)



Post Date : 09 Oktober 2006