|
Jakarta, Kompas - Banjir yang melanda sebagian wilayah Jakarta dan Tangerang pekan ini disebabkan kerusakan parah di Daerah Aliran Sungai Pesanggrahan. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebutkan, tersisa 7 persen lahan hijau dari total 177 kilometer persegi DAS Pesanggrahan. Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Jumat (6/4), menjelaskan, luapan Sungai Pesanggrahan menjadi penyumbang terbesar banjir Jakarta tahun ini. Selain Sungai Pesanggrahan, banjir juga disebabkan luapan Sungai Krukut, Angke, dan Sunter. Kerusakan DAS di ketiga sungai itu juga parah. Akibatnya, banjir tak dapat dihindari meski curah hujan pada Selasa lalu, saat mulai banjir, hanya 142 milimeter per hari. Curah hujan ini jauh lebih kecil dibandingkan saat banjir besar tahun 1996 yang mencapai 300 milimeter per hari atau banjir tahun 2007 dengan curah hujan 340 milimeter per hari. Menurut Sutopo, hulu Sungai Pesanggrahan terletak di kawasan Tanah Sereang, Kota Bogor. Di bagian hilir, sungai ini bertemu dengan Cengkareng Drain. Dari keseluruhan luas DAS Pesanggrahan, hampir 70 persennya telah menjadi kawasan terbangun. Sebanyak 45 persen kawasan terbangun itu berada di bagian hilir, yaitu di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, serta Kedoya dan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. ”Sementara DAS Angke seluas 239 kilometer persegi dengan hulu di sekitar Perumahan Yasmin, Bogor, kemudian melewati Parung, Bojonggede, Ciputat, Serpong, dan bermuara di Mookervart. Hampir 60 persen luas DAS menjadi permukiman padat. Sisanya tegalan, lahan kosong, semak. Tidak ada hutan,” kata Sutopo yang juga menjelaskan secara detail masalah keempat sungai itu di situs resmi BNPB, http://www.bnpb.go.id. Alih fungsi DAS yang parah, lanjut Sutopo, menyebabkan sungai saat ini hanya menampung 20 persen debit banjir yang ada. Hampir 70 persen air hujan yang turun langsung jadi limpasan. Di daratan, termasuk di permukiman, kondisi drainase juga buruk sehingga tidak bisa mengalirkan limpasan. Akibatnya, sekitar 80 persen air menggenangi permukiman, jalanan, dan lahan terbangun lainnya. Guna mengatasi banjir di Kali Pesanggrahan dan sekitarnya, pemerintah telah mengalokasikan anggaran Rp 2,3 triliun. Dana tersebut untuk normalisasi tiga sungai, yaitu Pesanggrahan, Angke, dan Sunter. Proyek ini dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum yang menangani aspek teknis konstruksinya. Adapun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menangani pembebasan lahan. Direktur Sungai dan Pantai Direktorat Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Pitoyo Subandrio mengatakan, saat ini proyek normalisasi Sungai Pesanggrahan sedang berjalan. ”Tahun 2014 ditargetkan selesai. Panjang total yang dinormalisasi 27 kilometer,” katanya. Tahun 2012, normalisasi Sungai Pesanggrahan ditargetkan selesai sepanjang 8 kilometer dan Kali Angke 6 kilometer. Badan sungai akan dilebarkan dari 10-15 meter menjadi 30-40 meter. Jika normalisasi berhasil, debit kedua sungai yang saat ini antara 30 meter kubik per detik dan 16 meter kubik per detik akan meningkat hingga 7-10 kali lipat. Namun, baik Sutopo maupun Pitoyo menegaskan, keberhasilan normalisasi itu amat tergantung dari pembebasan lahan di bantaran sungai. Tanpa pembebasan lahan, tidak mungkin melebarkan badan kali seperti semula. Sementara warga Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, yang permukimannya terendam banjir akibat hujan deras pada Selasa lalu mengeluhkan tata air di lingkungannya yang kurang baik. Mereka berharap pemerintah dapat memikirkan cara untuk mengatasi genangan di daerah tersebut saat hujan turun. (NEL/MDN) Post Date : 07 April 2012 |