Curah Hujan Tinggi, 5.000 Rumah di Bandung Terendam

Sumber:Jurnal Nasional - 18 Februari 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

CURAH hujan yang tinggi sampai Rabu (17/2) dinihari kemarin, menyebabkan luapan Sungai Citarum di Kabupaten Bandung di atas ambang batas. Luapan air sungai Citarum telah mencapai jalan raya Dayeuhkolot sejauh 1 kilometer. Sehingga lebih dari 5.000 rumah warga terendam banjir di 3 kecamatan, yakni Baleendah, Dayeuhkolot dan Bojongsoang. Hal itu dikatakan oleh koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabapaten Bandung, Dadang Wahidin, di Bandung.

"Luapan sungai ini sudah sampai ke jalan raya sejauh 1 kilometer dengan ketinggian 80 cm. Akibatnya, arus ribuan kendaraan dari Soreang Kabupaten Bandung ke Kota Bandung tidak bisa beraktivitas sejak pagi," terangnya kepada Jurnal Nasional.

Banjir luapan sungai Citarum kali ini kata dia, adalah yang terparah sejak banjir besar terakhir yang pernah terjadi pada tahun 2000 lalu.

"Curah hujan sepanjang 1 bulan ini memang tinggi,hingga volume air sungai Citarum melebihi ambang batas," katanya.

Dikatakan lagi, ribuan warga di 3 kecamatan itu terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Warga sambung Dadang, mengungsi ke berbagai lokasi, ada yang numpang ke kerabat, tetangga dan lainnya.

"Bantuan dari Pemkab Bandung berupa sembako, selimut dan lainnya sudah dilakukan. Namun jumlah bantuan masih belum cukup, mengingat luapan sungai Citarum membesar," paparnya.

Dilaporkan, Menkokesra Agung Laksono akan melakukan kunjungan ke lokasi banjir di 3 kecamatan tersebut dan direncanakan memberi bantuan ke warga setempat.

"Banjir Sungai Citarum juga menimpa kecamatan lain,namun hanya sekadar lewat. Namun 3 kecamatan itu, berada di lokasi terendah," paparnya.

Staf Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung, Kementerian Perhubungan, Ani Hanifah menyebutkan, curah hujan yang turun di wilayah Bandung Raya saat ini memang di atas normal.

"Biasanya curah hujan rata-rata 210,7 mm. Namun kali ini curah hujan tercatat 374 mm dan kondisi ini masih akan terjadi sampai 3 hari ke depan," paparnya. Bahkan kata dia, hujan disertai angin kencang yang juga dengan kecepatan di atas normal, yaitu 20 knot. Normalnya, di bawah 10 knot.

"Hujan lebat terjadi karena pengaruh suhu muka laut yang hangat, didukung pertemuan arah angin dari barat, utara, selatan yang mendorong munculnya awan konvektif yang cenderung menimbulkan hujan," paparnya.

Tanggul Ambrol di Pacitan Diperiksa


Sementara itu akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Jumat (12/2) lalu akhirnya membuat tanggul yang menahan aliran Sungai Lorog yang ada di Dusun Setriyan, Desa Hadiluwih, Kecamatan Ngadirojo ambrol sepanjang kurang lebih 150 meter. Warga pun cemas mengingat hujan masih terus turun. Padahal, di sekitar lokasi ambrolnya tanggul terdapat 300 Kepala Keluarga (KK).

"Warga sekitar tanggul yang jebol waswas takut tanah dan rumahnya ikut tergerus aliran sungai dan ambrol," kata Jumari, salah seorang warga, Rabu (17/2).

Hal senada juga dikatakan Ramelan. Menurutnya, rasa khawatir selalu muncul manakala hujan deras turun. Sebab, jika sampai sungai meluap, wilayah tempat tinggalnya dipastikan akan diterjang banjir. Tidak itu saja, sekitar 200 batang tanaman produktif milik warga yang berada di dekat tanggul telah ikut hanyut terbawa luapan Sungai Lorog.

"Kalau dibiarkan lama-lama rumah dan tanah kami bisa hilang. Sebab, lebar tanggul yang jebol selalu bertambah," terangnya.

Jebolnya bantaran diakui Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Budiyanto.Menurutnya, kondisi seperti itu sudah berlangsung lama dan sekarang telah berada di titik kritis. Padahal, pembenahan baru bisa dilakukan tahun depan karena terbatasnya anggaran. Sedangkan untuk tahun ini, pembangunan masih difokuskan di sepanjang aliran sungai, tepatnya di Desa Wonodadi berupa bangunan penahan longsor. Nantinya, proses rekonstruksi bantaran tanggul di Desa Hadiluwih tersebut akan diambilkan dari dana bencana alam tahun 2011. "Sekarang ini kondisinya kritis," ujarnya.

Dikatakannya, tim dari dinasnya sendiri telah melakukan pemeriksaan berkala. Terakhir, pemeriksaan dilakukan kemarin, Selasa (16/2). Selain itu, pihaknya juga telah melaporkan kejadian itu ke pihak Balai Besar Bengawan Solo di Madiun.

"Pencegahannya hanya bisa dilakukan dengan pembuatan parafet atau paling sederhana dibronjong. Itu pun baru tahun depan," ujarnya.

Sementara itu, terkait pembangunan tanggul serupa di Desa Sedayu, Arjosari dan Tremas, Kecamatan Arjosari, Dinas PU telah memberikan peringatan kepada pihak rekanan. Pasalnya, kualitas pengerjaan dinilai kurang layak. Sebab, campuran bahan-bahan bangunan yang digunakan tidak sesuai takaran.

"Kita juga sudah melayangkan peringatan langsung ke pelaksanannya yang berkantor di Madiun," pungkasnya. Roby Sanjaya/Kuncara



Post Date : 18 Februari 2010