Cuci Tangan Dong...

Sumber:Jurnal Nasional - 19 Oktober 2010
Kategori:Sanitasi

BANYAK kuman di tangan, hi... cuci tangan dong... Kata edukatif dan persuasif bertulis tangan ditempel Alfaro Fadil Muhammad di dinding panjang sebuah lapangan. Tulisan dalam selembar stiker berbentuk tapak tangan dengan jari mengembang ini tidak hanya satu atau dua. Namun ada 550 buah. Warna-warni. Berisi ajakan, imbauan, serta pengalaman pribadi ini dari siswa tingkat TK hingga kelas III SD Al Azhar 14, Banyumanik, Semarang.

"Saya tidak ingin sakit perut lagi. Maka Faro selalu cuci tangan sebelum dan sehabis makan," kata anak tujuh tahun, siswa kelas 1 SD inisaat ditanya perihal cuci tangan. Tak hanya sebelum dan sesudah makan, Alfaro selalu cuci tangan dan kaki serta gosok gigi sebelum tidur. "Faro gak ingin ada kuman masuk ke perut." Alfaro tersenyum usai cuci tangan massal bersama teman-temannya. Ratusan siswa ini tampak menikmati kegiatan. Mereka bercanda ria. Suasana riuh.

Kepala Sekolah SD Al Azhar 14 Yani Mulyani menuturkan, budaya cuci tangan di sekolah bukan sesuatu baru. Ini masuk internalisasi program kegiatan belajar-mengajar. "Cuci tangan telah menjadi tradisi kuat, apalagi para siswa sudah mulai shalat lima waktu yang sebelumnya wudu," katanya. Dia mengatakan, SD Al Azhar terpilih mewakili Karesidenan Semarang dalam Lomba Sekolah Sehat tingkat Provinsi Jawa Tengah, tahun ini.

Sebagai upaya dalam menunjang kesehatan siswa, kata Yani, sekolah tidak sembarang memesan katering makanan. Juga menekankan kebersihan paling utama pada kantin sekolah yang ada sembilan unit itu. "Dari ini, siswa tingkat SD kami yang berjumlah 730 dan 230 siswa TK, jarang sakit."

Assistant Brand Manager Lifebuoy Iin Ardyagharini menambahkan, kaitan dengan dunia pendidikan, budaya cuci tangan pakai sabun (CTPS) ternyata mampu menekan angka absensi anak sekolah sekitar 42 persen. Dengan disiplin cuci tangan, dapat menekan diare karena kurang bersih tangan sebelum mengonsumsi makanan. "CTPS, penting setiap sebelum makan. Sebab, terbukti dapat mencegah beragam penyakit akibat penularan kuman, virus, telur cacing melalui tangan, seperti diare dan cacingan," katanya.

Berdasarkan studi penelitian Curtis V Cairncross, mencuci tangan memakai sabun dapat menurunkan risiko diare hingga 47 persen. "Saat ini, diare penyebab nomor dua kematian balita di dunia dan nomor satu di Indonesia."

Iin mengilustrasikan, kira-kira satu dari lima anak yang terserang diare berakhir dengan kematian. Hingga, kurang lebih 1,5 juta balita di dunia meninggal karena diare setiap tahun. Di Indonesia, kata Iin, morbilitas diare cukup tinggi, mencapai 423 per 1.000 penduduk.

Dia menyatakan, sosialisasi dan edukasi mengenai CTPS masih sangat perlu oleh semua pihak. Masyarakat Indonesia penting memiliki budaya CTPS. Karena tindakan sederhana ini berdampak luar biasa bagi anak-anak, keluarga, dan bangsa Indonesia. Makin luas budaya CTPS akan memberikan kontribusi signifikan mengurangi angka kejadian diare hingga turut mengurangi tingkat kematian anak-anak. "Selain itu, juga mampu meningkatkan mutu kesehatan yang juga berdampak menguntungkan dari sisi pendidikan dan ekonomi."

Menurut dia, acara serupa digelar di Jakarta, Yogyakarta, dan Probolinggo Jawa Timur. Heri C Santoso



Post Date : 19 Oktober 2010