Kopenhagen, Kompas - Dari semua bencana alam yang terjadi sepanjang tahun 2009, lebih dari tiga perempatnya terkait dengan cuaca ekstrem. Cuaca ekstrem juga bertanggung jawab atas penderitaan 55 juta jiwa di seluruh dunia.
Demikian laporan yang diluncurkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Belgia bekerja sama dengan Centre for Research on the Epidemiology of Disasters (CRED) berdasarkan data 1 Januari 2009 hingga November 2009.
”Cuaca ekstrem menjadi isu penting yang harus diperhatikan,” kata Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana Margaretha Wahlstrom dalam jumpa pers, Senin (14/12).
Dari 245 bencana pada tahun 2009, 224 di antaranya terkait cuaca ekstrem. Cuaca ekstrem bertanggung jawab atas 55 juta jiwa dari 58 juta korban bencana alam, di mana 7.000 orang (dari 8.900 jiwa) di antaranya tewas.
Cuaca ekstrem juga menyebabkan kerugian sebesar 15 miliar dollar AS dari total kerugian akibat bencana alam sebesar 19 miliar dollar AS.
Dari banjir, 11 juta jiwa terkena dampak sepanjang tahun 2009— turun dibandingkan dengan tahun 2008 (45 juta) dan tahun 2007 (178 juta). ”Dari sisi jumlah menurun. Namun, cuaca ekstrem akan tetap menjadi ancaman serius. Lebih dari setengah mengancam penduduk kawasan pesisir,” katanya.
Menurut Direktur CRED Debarati Guha Sapir, data cuaca ekstrem itu belum memasukkan angka korban yang disebabkan kekeringan. ”Secara statistik sulit ditemukan,” katanya. Di Afrika, jumlah dampak kekeringan sangat besar, belum lagi dampak ikutannya. Di Kenya, misalnya, 3,8 juta jiwa butuh bantuan makanan. Dampak tidak kalah serius menerjang kawasan Amerika Tengah, Kolombia, dan Sahel barat yang terserang kekeringan.
Tidak bisa dicegah
Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Michael Jarraud mengatakan, badai tropis, hujan ekstrem, dan kekeringan tidak dapat dicegah oleh siapa pun. ”Yang bisa dilakukan adalah memprediksikan datangnya sehingga bisa mengurangi dampak buruknya,” katanya. Namun, tidak semua negara memiliki kemampuan teknologi dan ahli untuk itu. Berdasarkan data WMO tahun 2006, sekitar 60 persen dari 189 anggota WMO kemampuannya terbatas.
Dari berbagai kawasan, Asia adalah kawasan paling rentan banjir dan badai. Antara Januari dan November 2009, 48 juta jiwa terkena dampak cuaca ekstrem. Sebagian besar penduduk Asia tinggal di kawasan pesisir. (GESIT ARIYANTO dari Kopenhagen, Denmark)
Post Date : 15 Desember 2009
|