|
KEDIRI- Ini pekerjaan rumah (PR) bagi Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Kota Kediri. Kondisi Jl HOS Cokroaminoto, terutama di depan Pasar Pahing, terlihat sangat kumuh. Tumpukan sampah yang ditinggalkan pedagang berserakan di jalan. Tidak ada tempat khusus untuk membuangnya. Pemandangan seperti ini hampir terlihat setiap hari. Sejumlah pedagang yang ditemui Radar Kediri mengatakan, truk pengangkut sampah belum mengangkutnya. "Biasanya, pagi ini sudah ada kendaraan kuning yang mengambil sampah. Mungkin karena libur, sampai sekarang belum ada yang mengangkut," kata Suyono, pedagang soto ayam, kemarin siang. Menurut dia, sampah itu ditinggalkan oleh pedagang yang berjualan pada pagi hari. Biasanya, setelah berjualan, mereka menyapu sampah yang ditinggalkan dan mengumpulkannya menjadi satu. Sehingga, truk pengangkut sampah bisa langsung membawanya ke tempat pembuangan akhir (TPA). "Mereka berjualan sejak pukul 03.00 pagi," kata pedagang yang sebelumnya berjualan di Jl Sam Ratulangi ini. Hal serupa diakui oleh Musringah, pedagang di depan Pasar Pahing yang kemarin belum meninggalkan lokasi meski sudah pukul 11.00 siang. Kata dia, sampah tersebut berasal dari para pedagang yang berjualan mulai pagi hingga pukul 10.00. Biasanya, ungkap pedagang sayuran asal Wates ini, dalam sehari ada dua kali pengambilan sampah. Yakni, pagi dan siang atau sore hari. "Setiap saya mulai berjualan, jalan ini sudah bersih," katanya. Menurut Musringah, untuk kebersihan sampah, mereka setiap hari membayar Rp 500 kepada petugas pasar. Selain itu, juga membayar retribusi pasar dengan jumlah yang sama. Namun, mereka hanya mendapatkan satu karcis, untuk retribusi pasar. Dia menambahkan, jumlah pedagang di Pasar Pahing semakin banyak. "Setahun terakhir, saya yang paling timur berjualan. Tetapi, sekarang, malah jadi di tengah. Saking banyaknya pedagang yang bertambah," ungkap pedagang yang sudah berjualan selama 22 tahun ini. Menanggapi hal ini, Kepala DKLH Kota Kediri Nur Ali meyakinkan bahwa sampah-sampah tersebut akan segera dibersihkan. "Anda lihat saja besok pagi, pasti sudah dibersihkan," tegasnya. Menurut Nur Ali, sampah itu biasanya memang dibersihkan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore. Tergantung sepinya lokasi dari pedagang. "Kalau masih ada penjualnya, kan tidak bisa dibersihkan," katanya. Secara terpisah, Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Kota Kediri R. Nugroho mengatakan bahwa Pasar Pahing sudah overload. Sehingga, pedagang yang seharusnya bisa tertampung di dalam meluber ke jalan di depan pasar. Untuk mengatasinya, solusi terbaik adalah penataan ulang dan menyediakan tempat bagi para pedagang baru jika Pasar Pahing sudah direnovasi. "Fakta sosialnya adalah pedagang baru yang terus bermunculan. Kalau memang tidak cukup di Pasar Pahing, ya harus membuka pasar baru lagi," ujar Nugroho melalui ponselnya kemarin sore. Tentang retribusi Rp 500 yang ditarik dari para pedagang di depan pasar itu, jelas Nugroho, sudah sesuai dengan Perda 12/2003. Di sana disebutkan bahwa penarikan retibusi pasar dapat dilakukan pada kawasan pasar, yaitu kawasan yang berada sekitar 50 meter dari batas pasar. (dea) Post Date : 04 April 2005 |