Citepus Penuh Sampah

Sumber:Kompas - 11 Agustus 2010
Kategori:Sampah Luar Jakarta

BANDUNG, KOMPAS - Sungai Citepus yang memanjang dari Kota Bandung hingga wilayah Kecamatan Dayeuhkolot di Kabupaten Bandung kian memprihatinkan. Anak Sungai Citarum itu lima tahun terakhir ini menjadi kali sampah dan limbah. Ironisnya, pihak legislatif dan eksekutif daerah saling lempar tanggung jawab dalam penanganan kerusakan lingkungan tersebut.

Kondisi itu ditemui di Kampung Sekeandur, Desa Cangkuangwetan, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa (10/8). Aliran Citepus membawa aneka sampah, seperti plastik, bungkus makanan, bangkai hewan, dan perabotan rumah, seperti kursi, bantal, dan kasur.

Warna air Citepus keruh, kadang hitam pekat, dan berbau tidak sedap. Ketika matahari terik mengenai permukaan sungai, air tampak berkilat-kilat karena kandungan minyak tinggi. Limbah yang membuat air keruh itu berasal dari sisa pewarnaan pabrik tekstil di Dayeuhkolot yang mengarahkan gorong-gorongnya langsung ke Citepus.

"Sewaktu air surut, gorong-gorong itu mengalirkan air berwarna ke sungai. Ada yang hijau, biru, coklat, atau hitam. Macam-macamlah pokoknya," kata Icah (60), warga sekitar sungai.

Pada Selasa siang gorong-gorong dari pabrik itu tidak terlihat karena air cukup tinggi. Hujan deras yang mengguyur Bandung semalam sebelumnya membuat debit Citepus naik. Pada beberapa segmen, ketinggian air bahkan hampir menyamai jalan yang membatasi sungai dengan permukiman warga.

Abad (57), warga lain, menuturkan, sampah tidak berhenti mengaliri Citepus sepanjang siang dan malam. Sampah tidak hanya berasal dari warga yang tinggal di Bandung, tetapi juga kampung sekitar. "Keluarga saya juga kadang-kadang masih membuang sampah di sini," kata Abad yang rumahnya persis menghadap Citepus.

Ia beralasan tidak memiliki lahan untuk membuat tempat sampah. Kampungnya juga tidak memiliki petugas kebersihan yang mengoordinasi atau mengumpulkan sampah domestik warga. "Padahal, dulu sewaktu kecil saya masih suka mandi di Citepus. Dulu belum banyak pabrik dan Citepus tidak selebar ini," ujarnya.

Dikepung banjir

Kondisi Citepus yang penuh sampah itu juga menyiksa warga sewaktu musim hujan tiba. Banjir selalu mengepung warga Cangkuangwetan. Pada banjir besar akhir tahun lalu, misalnya, desa itu salah satu daerah yang terisolasi karena hampir semua akses menuju kawasan itu tergenang bah.

Desa Cangkuangwetan dikelilingi sentra industri tekstil. Saat banjir, pabrik-pabrik itu juga tergenang hingga ke jalan raya. Warga mengandalkan kiriman bantuan melalui perahu. Namun, setiap kali banjir, jumlah perahu selalu terbatas.

Menyikapi kondisi ini, anggota Komisi C DPRD Kabupaten Bandung, Aep Saefullah, mengakui adanya sikap saling lempar tanggung jawab antarpemerintah. "Citepus juga bagian dari Citarum sehingga pemda berkeyakinan itu urusan pemerintah pusat. Selama ini belum ada pembahasan holistik antara pemerintah pusat dan daerah untuk mengatasi banjir," katanya.

Komisi C DPRD Kabupaten Bandung akan mengadakan pertemuan antara legislatif provinsi dan pusat guna membahas banjir Citarum dan anak-anak sungainya. "Kami menargetkan diskusi itu digelar setelah Lebaran," katanya. (REK)



Post Date : 11 Agustus 2010