Citarum Meluap, Dayeuhkolot Terendam

Sumber:Pikiran Rakyat 04 Juni 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

SOREANG, (PR).- Wilayah langganan banjir di Kecamatan Dayeuhkolot dan Baleendah Kab. Bandung kembali terendam, akibat hujan besar yang mengguyur wilayah Bandung pada Selasa (2/5) sejak pukul 20.30 WIB. Korban banjir mendesak pemerintah agar segera mengeruk Sungai Citarum dan memanfaatkan aliran Sungai Citarum lama sebagai dam penampung limpahan banjir.

Daerah yang tergenang banjir di Kec. Dayeuhkolot meliputi Kp. Leuwi Bandung Desa Citeureup, Kp. Bojong Citepus Desa Cangkuang Wetan, Kp. Bojong Asih Desa Dayeuhkolot, dan Kp. Citepus Kelurahan Pasawahan. Sementara di wilayah Kec. Baleendah yang tergenang banjir adalah Kp. Cieunteung Kelurahan Baleendah dan sebagian kawasan Kelurahan Andir.

"Banjir kali ini merupakan banjir kiriman, sebab hujan di wilayah Dayeuhkolot hanya sebentar," ujar Camat Dayeuhkolot, Tata Irawan, saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (3/6).

Tata mengatakan, korban banjir di Kp. Leuwi Bandung sudah mencapai 500 kepala keluarga (KK) atau 2.000 jiwa, belum termasuk di desa-desa lainnya. "Namun, sampai saat ini belum ada korban yang mengungsi apalagi banjir sudah mulai surut sejak Rabu pagi," katanya menjelaskan.

Warga RT 01 RW 14 Kp. Leuwi Bandung, Ijin Sukarma mengungkapkan, banjir mulai masuk ke rumah warga pada Rabu (3/6) sekitar pukul 1.00 WIB di RW 05, 07, dan 14. "Saat itu, warga sedang tertidur nyenyak ketika air mulai masuk ke rumah-rumah. Warga langsung siaga dengan mengamankan barang-barang ke jalan kampung ataupun ke atap rumah yang aman dari banjir," ucapnya.

Menurut relawan banjir Kp. Cieunteung, Asun Sujana, banjir mulai menggenangi rumah warga Kp. Cieunteung sekitar pukul 23.30 WIB. "Saya mendapat informasi dari Majalaya bahwa air kiriman dari hulu mulai masuk ke wilayah Dayeuhkolot. Kami sudah meminta warga agar cepat mengungsi sejak pukul 22.00 WIB, namun warga bertahan karena air belum tinggi," katanya.

Akibat banjir tersebut, banyak warga Kp. Cieunteung di RW 20 dan RW 28 yang terjebak banjir dan harus bertahan di lantai dua ataupun di atap rumah mereka. "Tempat pengungsian di gedung di Jln. Adipati Agung yang biasa dipakai baru ditempati 32 KK, padahal biasanya warga yang mengungsi mencapai 125 KK. Jadi, masih banyak warga yang terjebak di rumahnya," ujarnya.

Banjir juga menjebol dinding rumah warga seperti yang dialami Herlin, warga RT 04 RW 20. "Dinding rumah dari tengah rumah sampai dapur jebol," ujar Herlin.

Citarum lama

Warga mendesak agar pemerintah pusat khususnya Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum segera mengeruk Sungai Citarum terutama yang melintasi Kp. Cieunteung dan Kp. Leuwi Bandung. "Pengerukan setahun lalu dari jembatan Citarum Dayeuhkolot sampai Margahayu, sedangkan daerah Kp. Cieunteung dan Kp. Leuwi Bandung belum dikeruk," kata Ijin, salah seorang warga.

Selain itu, warga juga meminta pemerintah memanfaatkan aliran Sungai Citarum lama yang tidak berfungsi sama sekali. "Aliran Sungai Citarum lama bisa dikeruk dan dimanfaatkan sebagai tempat penampungan. Ketika Sungai Citarum meluap, maka masuk ke tempat penampungan bukan menggenangi rumah warga," katanya.

Cisalatri meluap

Banjir juga menerjang Kota Bandung pada Selasa (2/6) hingga Rabu (3/6) dini hari. Sedikitnya enam ratus rumah di RW 5, 7, 8, 9, 10, dan 11 Kelurahan Cipadung Kidul, Kecamatan Panyileukan terendam. Ketinggian air sekitar 30 cm hingga 1 m.

Ilen, salah seorang korban banjir mengatakan, air mulai meluap ketika tengah malam. Ketinggian air mencapai 30 cm-1 meter. Saat ini pun banjir masih melanda di beberapa tempat hingga ketinggian tiga puluh sentimeter.

Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda mengatakan, banjir disebabkan meluapnya Sungai Cipariuk dan Cisalatri. Meluapnya kedua sungai itu diperkirakan disebabkan oleh tingginya curah hujan yang disertai dengan penyempitan daerah aliran sungai (das) tersebut. Keadaan itu diperparah dengan adanya kegiatan perbaikan jalan dan gorong-gorong di Jln. Soekarno-Hatta.

Berdasarkan informasi, pada awalnya Sungai Cipariuk meluap setelah kawasan itu diguyur hujan, namun air mulai surut pada pukul 22.00 WIB. Hanya, menjelang pukul 24.00 WIB, justru air dari Sungai Cisalatri yang meluap.

Ayi menjelaskan, tidak ada korban jiwa akibat bencana tersebut, namun kerugian yang diderita warga ditaksir mencapai Rp 250 juta.

Rumah roboh

Sementara itu, dua rumah di Kampung Cibintinu RT 2 RW 7 Desa Sukasari, Kec. Pameungpeuk, Kab. Bandung roboh pada Rabu (3/6) sekitar pukul 18.30 WIB, akibat longsor. Gejala pergeseran tanah, dirasakan mulai pukul 17.00 WIB sehingga para penghuni rumah langsung mengungsi dan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Kerugian materi diperkirakan Rp 80 juta-Rp 100 juta.

Humas Pemerintah Kabupaten Bandung Aay Mulyana mengungkapkan, kemungkinan penyebab robohnya rumah adalah labilnya tanah tempat bangunan berdiri. "Karena dua rumah itu terletak di pinggir sungai dekat dengan jembatan yang sudah lama runtuh," katanya, Rabu (3/6) malam.

Saat memantau lokasi, Bupati Bandung Obar Sobarna mengatakan, akan mengupayakan pengungsian bagi mereka yang menghuni sekitar sungai tersebut. Bupati juga menegaskan akan memberikan ganti rugi. (A-71/A-167/A-188)



Post Date : 04 Juni 2009