Cisanggarung & Citanduy Meluap

Sumber:Pikiran Rakyat - 25 Februari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

CIREBON, (PR).- Dua sungai besar di Jawa Barat, yaitu Sungai Cisanggarung dan Citanduy, serta Sungai Kriyan di Kota Cirebon, Selasa (24/2) dini hari meluap dan merendam ribuan rumah yang berada di sekitarnya.

Sungai Cisanggarung yang memisahkan Provinsi Jawa Barat dengan Jawa Tengah, meluap sekitar pukul 1.30 WIB. Akibatnya, sekitar 650 rumah di Desa Babakan Losari, Kec. Pabedilan dan sedikitnya 50 rumah di Desa Tawangsari, Kec. Losari, keduanya di Kab. Cirebon, terendam banjir.

Banjir tersebut juga merendam 500 ha tambak udang dan bandeng di Desa Babakan Losari dan Tawangsari. Tidak ada korban jiwa dalam bencana itu, namun kerugian warga diperkirakan mencapai miliaran rupiah.

Sementara air Sungai Citanduy merendam ratusan rumah warga di Kampung Pasantren Girang dan Bojongsaban, Desa Tanjungsari, Kec. Sukaresik, Kab. Tasikmalaya. Ketinggian air yang menggenangi perumahan warga itu sempat mencapai 1 meter lebih, namun pagi harinya kembali surut.

Klep dicuri

Di Babakan Losari, air Sungai Cisanggarung meluap ke perumahan warga gara-gara klep yang berfungsi menutup saluran pembuangan hilang dicuri orang.

"Klep yang kami pasang ternyata hilang dicuri. Akibatnya, air yang meluap dari Cisanggarung masuk ke saluran pembuang dan permukiman penduduk," kata Kasno, Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan pada Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung, Selasa (24/2).

Hermanto (42), salah seorang warga Babakan Losari, mengaku heran desanya bisa terendam banjir. "Sangat mengejutkan. Selama ini, walau Cisanggarung meluap airnya tak bisa masuk ke permukiman," katanya.

Sedangkan banjir yang merendam permukiman warga hingga 1 meter di Blok Sadek, Tawangsari, Losari, terjadi akibat tanggul Sungai Cisanggarung yang ada di daerah tersebut jebol.

"Seumur-umur, baru kali ini permukiman kami diterjang banjir. Air datang tengah malam, saat kami sedang tidur nyenyak," kata Sawadi (45), warga Tawangsari.

Bupati Cirebon H. Dedi Supardi memantau langsung ke dua lokasi banjir. Bupati meminta warga tenang dan berjanji akan memberikan bantuan, termasuk bantuan perbaikan rumah-rumah yang rusak.

Hingga pukul 14.00 WIB kemarin, warga masih berada di pengungsian menunggu air surut. Aktivitas desa juga lumpuh karena balai desa dan fasilitas umum di desa itu juga ikut terendam.

Pihak BBWS Cimanuk-Cisanggarung pun telah mengganti klep yang hilang dengan klep yang terbuat dari kayu. Selain itu, BBWS membuat tanggul darurat bekerja sama dengan warga.

Diapit dua sungai

Sementara itu, banjir yang menggenangi ratusan rumah di Kampung Pasantren Girang dan Bojongsaban, Desa Tanjungsari, Kec. Sukaresik, Kab. Tasikmalaya, mengalami puncaknya Selasa (24/2) sekitar pukul 2.00 WIB.

"Sebenarnya, tanda-tanda akan terjadi banjir sudah mulai terlihat sejak Senin (23/2), sekitar pukul 19.00 WIB, setelah air dari Citanduy mulai masuk ke perkampungan. Setelah itu, luapan air semakin besar dengan ketinggian kurang lebih satu meter. Setelah itu, secara perlahan surut lagi," kata Ny. Apong, warga RT 4 RW 8, Bojongsaban.

Selain merendam rumah, banjir juga menggenangi puluhan kolam ikan dan puluhan hektare tanaman padi siap panen. Akibatnya, banyak petani mengeluh karena khawatir padi yang tergenang banjir, kualitasnya kurang bagus.

Dodo, salah seorang warga, mengatakan, banjir yang terjadi di daerah Tanjungsari akibat hujan deras di daerah hulu Sungai Citanduy, sejak Senin (23/2) pagi. Selain itu, lokasi perkampungan di Tanjungsari, berada di dataran rendah yang diapit dua sungai besar, yaitu Sungai Citanduy di sebelah utara dan Sungai Cikidang di selatan. "Biasanya, kalau Citanduy meluap, Cikidang juga demikian," ucapnya.

Kembali mengungsi

Di Kota Cirebon, warga yang bermukim di tepi Sungai Kriyan Kel. Kasepuhan, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Selasa (24/2) harus mengungsi untuk kedua kalinya dalam dua bulan terakhir. Sungai Kriyan kembali meluap dan merendam 300 rumah warga, sekitar pukul 16.00 WIB.

Hingga pukul 18.30 WIB, ratusan warga yang rumahnya terendam masih berupaya bertahan di rumah masing-masing. Namun, sebagian besar warga memilih mengungsi ke tempat aman.

Banjir juga merendam puluhan rumah di kawasan Kompleks Pertamina Kel./Kec. Harjamukti. Banjir kiriman dari daerah Kuningan itu menggenangi rumah warga hingga setinggi 1 meter.

Sungai Cihaur

Sementara itu, akibat hujan deras di Kab. Bandung Barat, banjir merendam puluhan rumah warga di Desa Margajaya, Kec. Ngamprah, Senin (23/2) malam. Saking derasnya air yang meluap dari Sungai Cihaur, benteng perumahan Cimareme Indah II Blok D, jebol. Hal itu menyebabkan sekitar lima puluh rumah kosong di perumahan itu terendam.

Menurut Kepala Babinsa Kec. Ngamprah, Rally Tarnoji yang ditemui di lokasi mengatakan, banjir ini berasal dari luapan Sungai Cihaur yang menampung sisa air buangan dari perumahan yang terdapat di sekitar Cimareme dan Cilame.

"Daerah ini rawan banjir bandang, karena posisinya rendah dan dilalui Sungai Cihaur yang menampung sisa buangan air dari mana-mana. Dan banjir ini merupakan kali kedua yang melanda permukiman warga. Sebelumnya, banjir serupa terjadi dengan ketinggian kurang dari satu meter, Sabtu (21/2) kemarin," katanya.

Mengungsi belajar

Sementara itu, ratusan murid SDN Mekarsari yang menjadi korban banjir di Kel. Cieunteung, Kec. Baleendah, Kab. Bandung, mulai melakukan kegiatan belajar di Gedung Juang, Kec. Baleendah, Selasa (24/2). Camat Baleendah, Ruli Hadiana, memerintahkan agar kegiatan belajar-mengajar tetap berlangsung, walau situasi sedang banjir. "Kami sudah memutuskan agar anak-anak itu bisa terus melakukan kegiatan belajar. Lokasi belajar untuk sementara dipindahkan dari kompleks SDN Mekarsari ke Gedung Juang Kec. Baleendah," kata Ruli kepada wartawan.

Menurut Kepala SDN Mekarsari, Ella Laila Rosliani, ada 331 anak yang saat ini belajar di Gedung Juang. Mereka adalah murid kelas I sampai kelas VI. "Kami tidak ingin, anak-anak ketinggalan pelajaran," ujarnya. (A-93/A-97/A-132/A-183/C-13/C-23)



Post Date : 25 Februari 2009