Cirebon, Kompas - Kekeringan di pantai utara Jawa Barat makin parah. Warga desa mulai membeli air untuk kebutuhan minum dan memasak. Mereka juga memakai air sumur pantek di bekas persawahan dan saluran irigasi untuk mandi dan mencuci.
Sebelumnya, kekeringan melanda Kecamatan Talun dan Gegesik di Kabupaten Cirebon serta Kecamatan Krangkeng dan Karangampel di Kabupaten Indramayu. Dari pantauan Sabtu (3/10), kekeringan meluas ke Kecamatan Kapetakan dan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon.
Air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Cirebon, menurut sejumlah warga, baru bisa mengalir jika disedot dengan pompa air. Adapun warga nonpelanggan PDAM terpaksa mengeluarkan uang setidaknya Rp 1.000 per 20 liter air untuk memenuhi kebutuhan air minum.
Nasuah (34), warga Desa Dukuh, Kecamatan Kapetakan, mengatakan, mereka membeli air minum ke Pegagan Kidul, desa tetangga. Harga air per 20 liter atau satu jeriken besar ialah Rp 1.000. Ada juga air seharga Rp 500 per 20 liter, tetapi kurang jernih. "Tiap hari bisa habis Rp 2.000-Rp 4.000 untuk air minum. Bagi kami itu mahal karena sekarang paceklik, tak ada pekerjaan di sawah," kata Nasuah. Selama ini, untuk kebutuhan air, Nasuah mengandalkan sumur miliknya. Sumur sedalam 25 meter itu sudah kering sejak sebulan lalu. Sumur para tetangga, yang bisa menjadi alternatif sumber air bersih, pun mengering dalam dua pekan terakhir.
Untuk kebutuhan lain, seperti mandi dan mencuci, masyarakat memanfaatkan sumur pantek di lekukan irigasi desa, yang juga telah mengering. Kondisi airnya keruh dan berbau amis. Meskipun demikian, sekitar 15 kepala keluarga di Desa Dukuh mengambil air di sana karena tidak punya pilihan lain yang lebih baik.
Kondisi di Desa Pegagan Kidul hampir sama. Casila, Ketua RT 1 RW 2, menuturkan, air PDAM masih mengalir, tetapi harus dipompa. Warga yang masih bisa mendapatkan air dari PDAM pun menjual air tersebut kepada para tetangga. Penjualan bisa sekitar 100 jeriken per hari.
Di Kaliwedi, sumur warga juga mulai kering. Sarta (20), warga Kaliwedi, mengakui, kekeringan akan kian buruk jika hujan tidak kunjung turun. Air irigasi yang selama ini diandalkan warga untuk menjadi air resapan sudah hampir tiga pekan tidak mengalir. Air dari Kuningan
Pemerintah Kabupaten Cirebon akan membeli air dari Kuningan untuk menyuplai kebutuhan air bersih warga miskin Cirebon dan pelanggan PDAM yang kesulitan air. Selama ini hanya Kuningan yang memiliki sumber mata air yang mencukupi pada musim kemarau. Untuk biaya pembelian dan distribusi air, Bupati Cirebon Dedi Supardi menyiapkan dana tidak kurang dari Rp 1 miliar tahun ini sampai kemarau berakhir.
Kepala Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah Cirebon Ano Sutrisno menambahkan, armada pengangkut air bagi warga yang mengalami kekeringan sudah disiapkan di setiap kabupaten. Setidaknya ada tiga mobil tangki per kabupaten.
Air dari Bendung Rentang di Majalengka juga dijaga agar tetap dialirkan khusus untuk PDAM di Indramayu dan Cirebon. Dengan demikian, PDAM bisa terus melayani pelanggan. Adapun air untuk irigasi sementara dikosongkan.
Kekeringan tahun ini diakui belum separah sebelumnya. Tahun lalu air bahkan tidak mengalir sama sekali dari keran PDAM, sedangkan air sumur warga di kawasan pesisir asin karena intrusi. Tak pelak distribusi air PDAM menjadi rebutan warga. (NIT)
Post Date : 05 Oktober 2009
|