|
Jakarta, Kompas - Sungai Ciliwung kembali meluap hari Minggu (13/2) dini hari hingga siang. Ratusan warga mengungsi karena air menggenangi rumah-rumah mereka hingga setinggi dua meter. Namun, air kemudian berangsur-angsur surut dan warga kembali ke rumah masing-masing. Sejumlah warga menyatakan, permukaan air di Sungai Ciliwung mulai naik pukul 03.30. Sebagian warga sudah mengantisipasi datangnya banjir karena sejak Sabtu petang sudah diinformasikan tentang kemungkinan datangnya banjir, mengingat ketinggian muka air di pintu air Depok terus naik sampai puncaknya, 240 sentimeter. "Pada Sabtu pukul 22.00 warga sudah menerima peringatan, Sungai Ciliwung akan meluap karena permukaan Sungai Ciliwung di Depok tinggi. Sejak itu kami kemasi barang- barang di rumah dan sebagian mulai mengungsi," kata Maksum (40), warga RT 12 RW 03, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Ditemui di tempat pengungsian rutin di Kompleks Sekolah Santa Maria, Jalan Jatinegara Barat, Maksum mengatakan, pada pukul 03.30 rumahnya terendam air sampai setinggi dua meter. Selanjutnya, permukaan air turun, seperti ditunjukkan Maksum kepada Kompas kemarin sekitar pukul 11.00, air yang menggenangi rumahnya itu tinggal setinggi dada orang dewasa. "Di RW 03 mulai dari RT 01 sampai RT 16 tergenang luapan Sungai Ciliwung, sedangkan di RW 02 yang tergenang mulai dari RT 07 sampai RT 16," kata Maksum. Ketika menyusuri jalan gang yang tergenang air menuju rumah Maksum, terlihat sebagian warga tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka hanya duduk-duduk di serambi rumah yang tinggi dan sudah tidak terendam air. Sebagian warga lainnya tampak membersihkan perabot rumah, mengepel lantai, dan sebagainya. Kesedihan memang tampak pada sebagian warga, namun warga lainnya terlihat biasa saja menghadapi hal tersebut. Dedi, Sekretaris RT 15 RW 03 Kelurahan Kampung Melayu, mengatakan, dari tahun ke tahun tidak ada kejelasan sikap pemerintah untuk menanggulangi banjir atau luapan Sungai Ciliwung. Pada tahun 1996 di Kelurahan Kampung Melayu memang sering dibahas rencana penanggulangannya, seperti rencana membangun tanggul atau membuat terusan sungai. Namun, hingga sekarang hal itu tidak ada realisasinya. Sumarni (65), yang tinggal dengan salah satu kakaknya di RT 14 RW 03, kemarin menyatakan, ia sudah pasrah dengan luapan air Sungai Ciliwung tersebut. Namun, dia juga berharap ada tindakan dari pemerintah untuk memperbaiki keadaan yang terjadi berulang-ulang pada setiap musim hujan tiba. Dari petugas pintu air di Manggarai, Mimfri, diperoleh keterangan permukaan air Sungai Ciliwung kemarin paling tinggi (di tahun ini) mencapai 800 sentimeter pada pukul 06.00. Ketinggian itu terus bertahan hingga sekitar pukul 10.00. "Pada saat air Sungai Ciliwung terpantau di Depok setinggi 240 sentimeter, di pintu air Manggarai mencapai 690 sentimeter. Selanjutnya, di Manggarai terpantau permukaan air naik 800 sentimeter pada pukul 06.00," kata Mimfri. Ketika permukaan Sungai Ciliwung terpantau di Depok melebihi 200 sentimeter, kata Mimfri menambahkan, setiap warga yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung sesudah Depok menuju Jakarta harus segera siap-siap terkena banjir. (NAW) Post Date : 14 Februari 2005 |