|
Jakarta, Kompas - Ribuan warga di beberapa perumahan di Ciledug, Tangerang, harus mengungsi karena rumah mereka tergenang air. Pengungsian mereka menjadi dramatis, kacau, dan tak terurus akibat tak ada peringatan dini akan datangnya banjir, selain pemerintah yang tak sigap menghadapi bencana. Perumahan yang paling parah adalah Ciledug Indah I, Ciledug Indah II, Pinang Griya, Duren Villa, dan juga Puri Kartika. Kedalaman di daerah ini mencapai tiga meter. Banjir ini merupakan luapan air Sungai Angke sejak Kamis lalu. Hingga Jumat (2/2) sore masih banyak warga yang terjebak banjir di lantai dua. Mereka sejak pagi sudah berteriak minta tolong, baik kepada orang yang lewat maupun lewat media televisi, radio, maupun cetak dengan cara menelepon. "Sejak pagi saya sudah minta tolong ke semua orang dan juga telepon ke media massa, tetapi tak ada yang menggubris," kata Suryadi (50) warga Blok J1 Puri Kartika. Tinggi air sudah sampai seleher dan baru sore hari ada anak-anak kampung membawa ban untuk evakuasi. "Sama sekali tak ada perhatian dari pemerintah, sampai sekarang tetangga saya masih banyak yang tertinggal, mereka kelaparan. Anak-anak pasti menggigil kedinginan," kata Yunan (25), warga Perumahan Ciledug Indah II. Hanya ada satu perahu karet tanpa mesin untuk mengevakuasi warga Perumahan Ciledug Indah. Anak-anak kampung yang rumahnya tak kebanjiran justru berinisiatif membantu dengan membuat rakit bambu. Tanpa pengetahuan SAR anak-anak itu berenang menyeberangi perumahan yang sudah menjadi lautan air dan menyelamatkan warga yang terjebak. Di Duren Villa, kondisinya tak separah di Ciledug Indah I dan II, tetapi justru warga di tempat ini tak mendapat bantuan. "Saya lihat Pak David dan Bu David tadi terseret arus, tapi saya tak bisa membantu. Untung mereka terbantu tali jadi masih bertahan, tapi sampai sekarang tak ada yang mengevakuasi," kata Maryati, warga Duren Villa. Banyaknya warga yang terjebak banjir karena air naik dengan cepat pada malam hari. Tak adanya bantuan evakuasi maupun makanan membuat warga marah-marah. "Ini negara kok enggak ada yang mengurusi warganya ya. Luar biasa, masak tak ada pemerintah yang mengkoordinasi," kata Daniel, warga Duren Villa. Luapan sungai juga mengakibatkan Jalan KH Hasyim Ashari yang menghubungkan Ciledug-Cipondoh menjadi lumpuh selama sehari semalam. Bus umum dan angkutan umum serta kendaraan pribadi banyak yang terjebak banjir dan ditinggalkan begitu saja. Banyak warga yang hingga Jumat sore belum bisa pulang karena putusnya jalan. Perekonomian pun lumpuh. "Saya sudah keliling ke mana-mana untuk cari jalan ke Cipondoh, tapi tidak ketemu, semua jalan terkena banjir. Walaupun aman dari terjangan banjir, warga Permata Pamulang dikejutkan dengan longsornya Jalan Tebing Permata yang menghubungkan kompleks mereka dengan jalan raya. Padahal jalan sepanjang 1 kilometer tersebut baru saja selesai diperbaiki dengan dana swadaya warga. Selama ini jalan tersebut rusak parah karena pemerintah Tangerang tidak peduli. "Kami berharap pemda Tangerang kali ini mau turun tangan memperbaiki jalan penghubung ini," kata seorang warga. Banjir juga melanda jalan tol BSD-Tangerang, sepanjang lebih kurang 300 meter. Sejumlah kendaraan yang sudah telanjur masuk tol, kembali memutar. Kendaraan lainnya, terutama jenis Kijang atau truk dan juga sepeda motor, menerobos genangan air setinggi paha orang dewasa. (amr/tri) Post Date : 03 Februari 2007 |