|
CILACAP, (PR). Warga Kampung Laut, Cilacap dan beberapa daerah di Jateng selatan, mulai dilanda krisis air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan air minum, mereka harus membeli yang didatangkan dari Pulau Nusakambangan dengan harga Rp 1.500,00/jerigen. Beberapa mata air di Pulau Nusakambangan sudah mulai mengering, karena tidak turun hujan sudah lama. Begitupun kerusakan hutan di pulau penjara yang semakin parah itu, menjadi pemicu hilangnya beberapa mata air. Di Kampung Laut misalnya, ada empat desa telah mengandalkan kebutuhan air bersih dari Pulau Nusakambangan. Yakni Desa Panikel, Ujung Alang, Ujung Gagak, dan Klaces. Menurut Sugeng (34) warga Penikel mengatakan, saat musim penghujan warga mengandalkan air dari air hujan. Rasim (34) warga Desa Klaces mengungkapkan, mata air di desanya sudah mulai mengering karena tidak ada hujan. "Warga mencari air di gua-gua di Pulau Nusakambangan. Saat kemarau, kebutuhan air bersih meningkat, sehingga banyak warga di Panikel dan Ujung Gagak ikut mengambil air untuk dijual," ujar dia. Sementara itu, di Desa Gebangsari, Kec. Tambak, Kab. Banyumas, ratusan petani terpaksa membendung Sungai Kecepak dan Sungai Ijo untuk mengaliri sawahnya. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga masih mengandalkan dari sumur milik penduduk. Namun begitu, debit dan kualitas airnya menurun tajam. "Gebangsari, daerah yang tercepat dilanda kekeringan. Sebaliknya, jika musim hujan, wilayah ini sangat rentan terhadap bahaya banjir," kata Sukanto, perangkat desa setempat. Jika hujan tidak juga turun dalam dua pekan ke depan, kemungkinan warga akan semakin kesulitan mendapatkan air bersih. (A-99) Post Date : 17 Juni 2006 |