|
CILACAP (Suara Karya): Hujan yang mengguyur Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, selama sepuluh hari berturut-turut, mengakibatkan permukiman penduduk di Desa Mujur dan Sikampuh, Kecamatan Kroya, hingga hari Minggu digenangi air. Menurut salah satu perangkat Desa Mujur, Basirun, Minggu, banjir yang terjadi di desanya disebabkan luapan air Sungai Tipar yang berlokasi tidak jauh dari desa tersebut. "Jika hujan turun selama satu hari penuh, tiga dukuh di Desa Mujur yakni Dukuh Gringging, Bander, dan Mujur dipastikan mengalami banjir," katanya. Semula banjir hanya merendam ratusan hektare tanaman padi yang baru berusia satu-dua minggu, namun sehari kemudian air masuk ke rumah-rumah warga dan menggenangi jalan-jalan desa dengan ketinggian mencapai sekitar satu meter. Meski sudah berlangsung lebih dari satu minggu, banjir di dua desa tersebut belum surut. Bahkan semakin hari ketinggian air bertambah karena hingga Sabtu (17/12) malam hujan masih mengguyur Kabupaten Cilacap. "Sejak dulu kalau musim hujan Desa Mujur menjadi langganan banjir. Karena hujan yang tak kunjung reda, air Sungai Tipar meluap dan melimpah ke Desa Mujur," ujar Basirun. Ia menyebutkan, dari lima desa di Kecamatan Kroya, Desa Mujur dan Sikampuh merupakan desa yang mengalami banjir paling parah setiap musim hujan. Desa Mujur yang dihuni kurang lebih 400 kepala keluarga itu merupakan daerah langganan banjir. Selain merusak tanaman padi, banjir juga mengganggu aktivitas warga karena genangan air cukup tinggi, sebagian warga memanfaatkan kayu atau batang pisang untuk dirakit menjadi "gethek" sebagai alat tranportasi ke luar rumah. "Bagi warga yang bekerja sebagai petani tidak bisa menggarap sawah karena terendam air dengan ketinggian sekitar satu meter. Bagi peternak juga kesulitan mengurusi ternaknya karena kandang mereka juga kebanjiran," katanya. Untuk mengatasi banjir yang rutin tersebut, perangkat desa setempat sudah mengajukan permohonan kepada Pemkab Cilacap agar tanggul Sungai Tipar ditinggikan. Namun hingga saat ini belum ada tanggapan sehingga warga hanya bisa pasrah dengan banjir yang datang setiap musim hujan. Sementara itu sebanyak 14 ribu warga yang tersebar di empat desa Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, merasa khawatir terhadap banjir susulan akibat meluapnya sungai Tuntang yang membelah kota tersebut. Keterangan yang dihimpun Antara, Minggu, menyebutkan, mereka yang khawatir itu berada di Desa Koaran, Rowosari, Papanharjo dan Kemiri karena tanggul sungai tersebut sempat jebol akibat banjir pada hari Jumat malam (16/12) hingga Sabtu dini hari (17/12). Kekhawatiran akan banjir susulan tersebut didukung cuaca yang tidak cerah, mengingat sejak Minggu pagi cuaca di Kabupaten Grobogan mendung terus. "Kami khawatir kalau sampai turun hujan lebat, tentunya kami akan terkena dampaknya. Makanya kami minta perhatian dari pemkab setempat agar membangun tanggul yang permanen di tepi Sungai Tuntang," kata salah seorang warga di sana. 2 Tewas Sementara itu dua orang warga Grajakan, Banyuwangi, Jawa Timur, ditemukan tewas setelah diterjang banjir bandang. Bocah berusia dua tahun, Ayu Ambarwati, ketika itu dalam perjalanan pulang ke rumahnya dengan diantar kakak iparnya, Waras (16). Namun, saat menyeberangi sungai yang tak jauh dari rumahnya, keduanya terseret arus banjir bandang. Menurut laporan Liputan6.com kemarin, keduanya kemudian ditemukan di kubangan lumpur yang dibawa banjir tersebut. Menurut warga sekitar, banjir bandang yang terjadi disebabkan oleh penggundulan hutan di wilayah itu. Keluarga Ayu sendiri tak kuasa menahan tangis ketika jenazah Ayu tiba di rumahnya. Kondisi puluhan rumah warga Grajagan cukup memrihatinkan, karena masih digenangi air setinggi 15 hingga 20 sentimeter. Dampak lainnya, puluhan kepala keluarga itu mulai terserang penyakit gatal-gatal dan demam karena kebutuhan air bersih tidak terpenuhi, selain untuk minum dan memasak. Edy, salah seorang kepala keluarga di Kampung Baru, mengharapkan pemerintah setempat segera melakukan langkah-langkah konkret dengan memberi bantuan sembako dan pemeriksaan kesehatan. (Ant/Dwi Putro AA) Post Date : 19 Desember 2005 |