BANDUNG(SI) – Kampung Cieunteung,Kelurahan/ Kecamatan Baleendah,Kabupaten Bandung, kembali terendam banjir setinggi 1,5 meter akibat luapan Sungai Citarum.
Genangan banjir terjadi sejak Senin (10/5) malam dan hingga kemarin belum surut. Selain menggenangi ratusan rumah penduduk,banjir luapan Sungai Citarum juga merendam Jalan Raya Cieunteung sepanjang satu kilometer. Ketinggian air di pemukiman warga mencapai 50 sentimeter hingga 1,5 meter.”Luapan Citarum masuk lewat saluran air.Air dari permukiman warga tidak bisa masuk ke Sungai Citarum yang permukaannya lebih tinggi daripada ketinggian selokan di sini,”kata Abdurahman,40, seorang warga Cieunteung kepada wartawan,kemarin. Warga mengaku cemas banjir akan kembali meluas di kawasan itu karena hingga sore kemarin hujan deras masih mengguyur Bandung Raya. Padahal, sebelumnya warga di sana mengaku lega karena Su-ngai Citarum sudah surut dan menganggap sudah memasuki musim kemarau. ”Tahun ini memang agak aneh.
Mestinya bulan Mei sudah tidak lagi hujan deras,ternyata masih ada juga.Tahun ini juga menjadi banjir terlama di Cieunteung,” kata Abdurahman. Dampak hujan yang turun sepanjang Senin (10/5) hingga kemarin, sejumlahanakSungaiCitarumyakni Cirasea,Cikapundung,Citepus,Citarik dan Cinambo mengalami peningkatan debit air yang signifikan. Sementara itu, Panitia Khusus (Pansus) IV (banjir dan bencana alam) DPRD Kabupaten Bandung mendesak Pemkab Bandung segera memastikan pelaksanaan penanganan banjir,seperti pengerukan lumpur dan rehabilitasi rumah serta prasarana umum yang rusak akibat banjir. ”Pemkab Bandung masih terkendala anggaran karena keterbatasan APBD.Namun begitu, harus sudah ditentukan kapan pengerukan dan rehabilitasi dampak banjir dilakukan,” tegas Wakil Ketua Pansus IV Saeful Bahri kepada Seputar Indonesia,kemarin.
Ketua Panitia Khusus IV DPRD Kabupaten Bandung Gungun Gunawan menyatakan, hasil investigasi sementara Pansus IV menemukan beberapa masalah penanganan bencana alam di lapangan, khususnya terkait koordinasi dan pengawasan atas bantuan bencana. ”Lemahnya koordinasi satuan pelaksana penanggulangan bencana (Satlak PB) serta lemahnya pengawasan dan evaluasi pendataan korban juga kerusakan infrastruktur menjadi permasalahan krusial bagi pemerintah dalam setiap penanggulangan bencana diKabupaten Bandung,”kata Gungun.
Lebih dari itu,kerusakan infrastruktur akibat bencana alam pun menyebabkan terjadinya kesemrawutan data dan lambannya perbaikan dini.”Kesalahan kebijakan pemerintah daerah dalam menerapkan konsep tata ruang di daerah hulu dan sekitar daerah aliran sungai (DAS) juga menjadi penyebab paling besar,”sebutnya. (iwa ahmad sugriwa)
Post Date : 12 Mei 2010
|