|
BARANGKALI, tidak ada yang mengira jika Parangloe merupakan wilayah yang selalu dilanda kekeringan cukup serius pada musim kemarau seperti sekarang. Sepintas, Parangloe identik dengan daerah yang subur. Meski tidak rimbun, namun daerah itu mempunyai pepohonan yang menjadi pertanda suburnya suatu daerah. Bahkan Parangloe sangat dekat dengan Sungai Jeneberang, salah satu sungai terlebar di provinsi ini. KEKURANGAN air bersih tidak saja terjadi tahun ini. Tahun-tahun sebelumnya pun, masyarakat memang sudah sulit mendapatkan air bersih, jika musim kemarau tiba.Camat Parangloe, Marsuki M mengaku air selalu menjadi masalah serius setiap tahun. "Setiap musim hujan kita dipenuhi air. Bahkan sampai banjir. Tapi saat kemarau, kita sangat kekurangan air bersih. Karena itu, masyarakat seperti sudah mempersiapkan diri dengan kondisi ini setiap tahunnya. Mereka menabung hanya untuk membeli air saat kemarau," ujarnya. Menurut Marsuki, masyarakat tidak bisa berbuat banyak jika musim kemarau tiba. Selain mengandalkan mobil tangki dari PDAM, mereka nyaris tidak menemukan cara lain untuk mendapatkan air. "Kita sudah coba menggali sumur yang dalam, tapi sumber air tidak bisa didapat-dapat juga. Ini memang aneh. Seharusnya wilayah ini banyak airnya mengingat aliran sungai Jeneberang membentang panjang dalam wilayah ini. Tapi kenyataannya, masyarakat tetap sulit dapat air," ujar Marzuki. Sebenarnya lanjut Marzuki, pemerintah sudah membangun sebuah proyek untuk mengatasi krisis air bersih di Parangloe. Sayangnya, proyek tersebut justru hanya berfungsi pada musim hujan. Saat kemarau, bangunan tersebut tidak lebih dari 'rumah kosong', tidak berfungsi. "Proyek penanggulangan krisis air bersih ini tidak bisa dirasakan secara maksimal. Kami berharap ada tim ahli tanah untuk mengindentifikasi sumber-sumber air. Karena beberapa proyek yang dilaksanakan tidak bisa diperoleh asas manfaatnya," jelasnya. Selain itu, ada pula pompa sumur bor yang mengambil air tanah. Air dari sumur itu kemudian disalurkan ke bak penampungan. Hanya saja kata Marzuki, air yang bisa tertampung belum mencukupi untuk kebutuhan masyarakat. Air dari bak penampungan itu baru bisa untuk memenuhi kebutuhan sarana umum seperti kantor, sekolah, dan masjid. Meski kondisinya sudah seperti itu, namun Marzuki menyatakan tetap akan berusaha semaksimal mungkin membantu masyarakat. Apalagi kata dia, Pemkab sudah berjanji segera mencarikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang sudah lama dialami masyarakatnya itu. Masyarakat Parangloe kini tidak sekadar membutuhkan perhatian serius dari pemerintah. Mereka juga butuh keajaiban. Jika pemerintah dapat merealisasikan janjinya mengatasi kesulitan air, maka itu keajaiban yang dinanti-nanti masyarakat Parangloe. (*) Post Date : 06 Oktober 2005 |